OJK : Kinerja Perbankan Tetap Tumbuh


KANALSATU – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut kinerja sektor Perbankan Indonesia tetap terjaga meskipun menghadapi dinamika perekonomian global dan domestik yang penuh tantangan.

Di tingkat global, pemulihan ekonomi masih terbatas. Banyak negara melaporkan hasil ekonomi yang tidak sesuai harapan, sementara inflasi tetap tinggi. Hal ini menyebabkan kebijakan bank sentral di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, menjadi lebih berhati-hati.

Meskipun demikian, beberapa bank sentral, termasuk The Fed, telah menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, China mengalami pemulihan di sisi pasokan meskipun permintaan masih lesu. Inflasi yang terjaga pada angka disinflasi, dan sektor ekspor yang terkontraksi, serta indeks PMI Manufaktur yang masih berada di zona ekspansi, menjadi indikator tantangan yang dihadapi ekonomi global.

Namun, ekonomi Indonesia tercatat tetap stabil. Inflasi headline (CPI) mengalami penurunan menjadi 1,55 persen YoY, meskipun inflasi inti naik menjadi 2,26 persen YoY. Neraca perdagangan Indonesia tetap surplus dan PMI Manufaktur terus menunjukkan tren positif.

Sektor perbankan Indonesia menunjukkan kinerja yang optimis dengan risiko yang terkontrol. Kredit perbankan tercatat tumbuh dua digit sebesar 10,79 persen YoY, mencapai Rp7.717 triliun pada November 2024. Kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi, mencapai 13,77 persen, diikuti dengan kredit konsumsi 10,94 persen dan kredit modal kerja 8,92 persen.

Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit dengan angka 12,41 persen YoY. Kredit korporasi tumbuh sebesar 16,19 persen, sedangkan kredit UMKM juga tercatat tumbuh 4,02 persen.

Di sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan 7,54 persen YoY, mencapai Rp8.835,9 triliun. Komponen giro, tabungan, dan deposito yang masing-masing tumbuh 10,97 persen, 6,55 persen, dan 5,57 persen YoY.

Likuiditas perbankan Indonesia terjaga dengan baik, tercermin pada rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) yang mencapai 112,94 persen dan Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang stabil di angka 213,07 persen, jauh di atas batas aman.

Kualitas kredit juga tetap terjaga dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross yang terpantau rendah di angka 2,19 persen, serta NPL net 0,75 persen. Loan at Risk (LaR) turun menjadi 9,82 persen, lebih rendah dari angka 9,93 persen yang tercatat pada Desember 2019.

Profitabilitas sektor perbankan Indonesia juga stabil, dengan Return on Assets (ROA) sebesar 2,69 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) juga menunjukkan ketahanan yang solid di level 26,92 persen, meskipun sedikit turun akibat pertumbuhan kredit yang signifikan.

Meskipun demikian, produk kredit Buy Now Pay Later (BNPL) tercatat tumbuh signifikan, meskipun kontribusinya terhadap total kredit masih kecil, yaitu 0,28 persen. Baki debet BNPL pada November 2024 tercatat tumbuh 42,68 persen YoY, mencapai Rp21,77 triliun dengan jumlah rekening yang mencapai 24,51 juta.

OJK juga terus berkomitmen dalam pemberantasan judi online yang berdampak buruk terhadap sektor keuangan. Hingga kini, OJK telah memblokir sekitar 8.500 rekening yang terkait dengan judi online, serta bekerja sama dengan perbankan untuk menutup rekening-rekening yang terindikasi melakukan transaksi ilegal. Upaya deteksi dini terhadap rekening judi online juga terus diperkuat.
(KS-5)
Komentar