Investasi Emas, Upaya si Sandwhich Generation Bebas dari Cemas

Pembiayaan Emas iB BCA Syariah Didominasi Anak Muda

 

KANALSATU – Emas, khususnya logam mulia telah lama menjadi pilihan dalam berinvestasi. Tidak hanya bagi mereka yang sudah berusia matang, anak muda yang baru saja memiliki penghasilan juga tertarik berinvestasi logam mulia. Apalagi saat ini caranya juga mudah, bisa dilakukan melalui aplikasi yang ada di ponsel pintar.

Bagi Azzahra, logam mulia sebenarnya bukan pilihan pertamanya dalam berinvestasi. Sebagai seorang Gen Z, ia lebih dulu mengenal saham sebagai instrumen investasi. Apalagi beberapa e-wallet juga sudah terhubung dengan perusahaan sekuritas. Sehingga sangat memudahkan bagi seorang digital savvy seperti dirinya.

Investasi selain saham dianggapnya tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun pemahaman ini perlahan bergeser. Ketika sudah lulus kuliah dan mulai bekerja, ia mulai mengenal konsep “menabung” emas. ”Waktu itu nenek yang menyarankan agar gaji pertama disisihkan untuk beli emas. Kecil saja tidak apa-apa untuk simpanan sekaligus yang bisa dipakai. Akhirnya waktu itu beli cincin yang sesuai dengan budget,” ujar sulung dari tiga bersaudara ini.

Sebenarnya ia sudah mengetahui tentang emas logam mulia karena pernah melihat simpanan kepingan Logam Mulia (LM) milik sang tante. ”Tante punya yang 10 dan 20 gram. Tapi karena waktu itu masih kuliah, rasanya terlalu mahal kalau harus beli langsung 10 atau gram itu,” lanjutnya. Namun keinginan untuk memiliki logam mulia tetap Ia simpan.

Dari yang semula menyimpan emas dalam bentuk fisik, Rara-sapaan akrab Azzahra kemudian mendapat informasi mengenai aplikasi dari salah satu bank swasta syariah yang di dalamnya ada fitur menabung emas. ”Kebetulan waktu itu ada pameran di mall. Dari situ dijelaskan ada pembiayaan emas iB. Kita bisa menabung untuk logam mulia 10 gram,” jelas pegawai honorer di Surabaya ini.

Untuk mengikutinya syaratnya juga mudah. Bahkan uang mukanya juga terjangkau. Hanya 20 persen dari harga beli. Angsurannya juga bisa disesuaikan dengan kemampuan. Mulai dari 12 hingga 60 bulan. Dengan kondisinya saat ini, Ia memilih logam mulia 10 gram dengan angsuran selama 24 bulan.

Sekarang ini, angsurannya sudah berjalan enam bulan. Meskipun masih baru, namun Ia memiliki keinginan mengambil pembiayaan untuk logam mulia 25 gram. ”Karena kaya menabung, jadi kita tidak terasa. Memang harus disiplin menyisihkan di awal. Kalau tidak, nanti semua habis buat skincare sama nongkrong,” ujar Rara sambil tersenyum.

Rara mengakui, untuk saat ini memang tidak banyak uang dari gaji yang bisa Ia sisihkan untuk menabung atau berinvestasi. Ia menyebut dirinya semi-sandwhich generation. Kedua orang tuanya sudah berpisah.

Meskipun ayah dan ibunya juga bekerja, namun Ia diminta membantu membiayai kebutuhan adik-adiknya di luar SPP bulanan. Misalnya saja untuk kegiatan di luar sekolah atau les. Selain itu Ia juga berkontribusi untuk membayar beberapa tagihan di rumah. Kondisi ini mendorong Rani untuk berpikir cermat dalam mengatur keuangan.

Sekarang Ia pun memahami bahwa memiliki tabungan emas memiliki banyak keuntungan. Salah satunya adalah keamanan nilai investasi. Logam mulia, terutama emas, dikenal sebagai aset yang tahan inflasi. Nilainya cenderung stabil dan bahkan meningkat seiring waktu. Berdasarkan data dari Goldprice.org, perubahan harga emas dalam sepuluh tahun terakhir sudah mencapai lebih dari 110 persen.

Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu, logam mulia sering kali menjadi penyelamat karena tidak terpengaruh oleh fluktuasi nilai mata uang.

Kemudian, likuiditas tinggi. Logam mulia dapat dengan mudah dijual kapan saja ketika dibutuhkan. Likuiditas tinggi ini memberikan keamanan tambahan bagi Rara jika sewaktu-waktu ia membutuhkan dana darurat.

Rara optimis, investasi logam mulia yang ia mulai ini akan membantunya mencapai berbagai tujuan finansial. Termasuk membiayai pendidikan adik-adiknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi hingga memastikan masa depannya bisa lebih baik. Salah satunya sebagai bekal untuk kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Bahkan ia menyimpan mimpi untuk bisa meraih beasiswa ke luar negeri.

Investasi logam mulia bukan hanya soal menambah aset, tetapi juga tentang merancang masa depan yang lebih aman dan stabil bagi dirinya dan keluarganya.”Dari kecil ini saya ingin membutuhkan bahwa generasi roti lapis ini juga bisa sukses. Bahkan saya ingin nantinya kalau punya anak, Ia tidak lagi menjadi generasi sandwhich,” katanya yakin.

 

Diminati Generasi Muda

Kemudahan menabung dan memiliki logam mulia hanya dengan smartphone di genggaman ini memang sangat menarik bagi anak muda. Hal ini diakui Direktur BCA Syariah, Pranata.

Ia mengatakan, nasabah pembiayaan Emas iB BCA Syariah yang didominasi oleh anak muda. Presentase rentang usia nasabah pembiayaan emas di BCA Syariah adalah baby boomers usia 75 tahun ke atas sebesar 0,03 persen. Sedangkan Gen X dengan rentang usia 40-55 tahun sebesar 34,13 persen, Gen y rentang usia 24-39 tahun sebesar 50,77 persen dan Gen Z dengan rentang usia 11-23 tahun sebesar 11,24 persen.

“Nasabah pembiayaan emas iB adalah nasabah yang berada di usia produktif dengan rentang umur antara 24-55 tahun sebesar 84 persen. Hal ini menunjukan minat kaum muda untuk berinvestasi emas iB di BCA Syariah semakin meningkat,” tandas Pranata.

Selain itu mayoritas nasabah pembiayaan emas BCA Syariah adalah perempuan dengan persentase sebesar 70 persen. Sebagian besar nasabah pembiayaan emas iB atau sebesar 61 persen memilih jangka waktu pembiayaan emas iB selama 1 tahun. Sementara dari gramasinya, 58 persen nasabah memilih kepingan emas sebesar 10 gram.

Tingginya minat masyarakat berinvestasi emas nampak dari kinerja pembiayaan emas di BCA Syariah. Hingga September 2024, outstanding pembiayaan Emas iB BCA Syariah mengalami peningkatan hingga 150,9 persen secara tahunan (yoy) mencapai sebesar Rp133,6 miliar. Pertumbuhan pembiayaan emas iB merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan produk pembiayaan konsumer lainnya.

Jumlah nasabah Emas iB BCA Syariah sampai dengan September 2024 juga mengalami peningkatan hingga 55,84 persen secara tahunan, mencapai 5.688 nasabah. Jatim menduduki peringkat teratas dengan peningkatan sebesar 26,25 persen. Disusul DKI Jakarta 25,49 persen, Jawa Barat sebesar 16,09 persen dan Jawa Tengah sebesar 7,89 persen.

“Semua cabang mengalami kenaikan karena emas adalah investasi masa depan,” jelasnya. Emas dinilai sebagai aset safe-haven atau nilainya mampu bertahan di tengah kondisi krisis ekonomi. Emas juga memiliki likuiditas yang tinggi, mudah dicairkan dalam bentuk uang tunai untuk kebutuhan mendesak. Selain sebagai aset pelindung kekayaan, emas juga berpotensi memberikan imbal hasil, terutama saat inflasi tinggi atau devaluasi mata uang.

(KS-5)

Komentar