Jemima Rumiza Diovani, Juara Dunia Karateka Full Contact
The 44th Shidokan Open International Championship 2024 Yokohama
KANALSATU - Atlet karate putri Surabaya Jemima Rumiza Diovani, keluar sebagai juara pada ajang Kejuaraan Dunia Karate Full Contact yang bertajuk The 44th Shidokan Open International Championship 2024.
Dalam ajang yang diselenggarakan di Yokohama Budokan, Yokohama, 13 Oktober lalu itu, Jemima mengharumkan nama Indonesia setelah mengalahkan karateka dari Kuwait dalam final dengan skor 5-0.
Karateka 24 tahun itu baru pulang dari Jepang akhir pekan kemarin. Saat ditemui di tempat latihannya, di Markas Komando Inti Mahatidana, Surabaya, Senin (22/10), dia menyebut gelar ini sudah dia impikan sejak dia menekuni karate tujuh tahun silam.
’’Dulu, aku hanya bisa membayangkan bisa atau tidak (jadi juara dunia). Pergi ke sana (Jepang) saja sudah tidak menyangka. Apalagi bisa jadi nomor satu. Selain itu, juga jadi sejarah sebagai satu-satunya yang bisa membawa kategori full contact karate jadi juara dunia,’’ kata Jemima.
Selain sejarah sebagai satu-satunya karateka yang bisa membawa kategori full contact karate di Indonesia jadi juara dunia, Jemima juga jadi karateka wanita pertama di Indonesia yang bisa memenangi ajang tersebut. Dia mengalahkan karateka Australia dengan KO. Dia pun menundukkan karateka Kuwait dengan angkat bendera.
Jemima bergabung dengan Shidokan Xpartan Dojo sejak 2022 lalu. Kesempatan turun dalam ajang dunia di Jepang kemarin pun berkat arahan dari Shidokan Lion Dojo ini. Dia mengaku, sudah sejak tahun lalu persiapan intensifnya menuju ke Jepang dimulai. Tapi, tekniknya sudah dibangun sejak bertahun-tahun.
Sekadar diketahui, dalam karate full contact ini, karateka tidak dibolehkan untuk memukul ke bagian muka. Otomatis, bagian tubuh leher ke bawah harus dikuatkan. Dari dada, perut, rusuk, paha luar, paha dalam, sampai tulang kering.
Memar-memar sudah jadi seperti makanan sehari-hari bagi Jemima. Sebab itu, di Jepang, mentalnya sudah terasah. Ngeyel, wani dan tatag. Tiga kata itu jadi kuncinya. ’’Di sana sudah siap semuanya. Mau cedera atau apa harus siap. Hancur-hancuran tidak apa-apa,’’ tegas Jemima yang juga menekuni cabor selain karate, seperti kickboxing, boxing, dan MMA (Mixed Martial Arts) itu.
Masukan-masukan dari pelatihnya Erick Danurahardja juga jadi bekal Jemima di Jepang. Kebetulan Erick pun pernah memiliki pengalaman mengikuti kejuaraan dunia di 2019 lalu. Sayangnya, ketika itu dia gagal setelah dikalahkan karateka dari Swiss.
’’Berkaca dari kekalahanku ketika itu, aku sudah tahu seperti apa lawan-lawan di luar negeri. Aku memberikan nasehat, masukan, dan meningkatkan pola latihan kepada anak-anak. Secara postur, dari sisi gizi, harus ditingkatkan lagi,’’ tutur Erick, sosok yang mendirikan Shidokan ini.
Sebenarnya, Jemima bukan satu-satunya karateka dari Indonesia yang bertarung di kejuaraan tersebut. Dia bersama dua karateka putra, Gabriel Constantine Nangin dan Mikhael Jericho Nangin. Sayangnya, Gabriel dan Mikhael kalah di Kumite (pertarungan).
Sebaliknya, Gabriel dan Mikhael berjaya di kelas Kata. Mikhael jadi jawara dalam kelas remaja. Sedangkan Gabriel jadi juara 2 di kelas anak-anak. Erick mengakui, Kumite terutama sektor putra memang lebih sulit dibandingkan sektor putri.
Sekalipun sudah menyandang gelar sebagai juara dunia tahun ini Jemima enggan berpuas diri. Dia masih punya banyak ambisi lain ke depannya. ’’Tahun depan, aku ingin kembali memenanginya,’’ pungkasnya. (ega)