Komunitas MJS Jelajah Situs Sejarah di Surabaya

Para peserta /komunitas MJS menjelajahi lokasi - lokasi bersejarah di kawasan Peneleh Surabaya

KANALSATU - Generasi muda, khususnya sejak dini semestinya dikenalkan dengan sejarah. Agar para Gen Z ini tidak buta terhadap apa yang telah diperbuat oleh para nenek moyang.

Terkait hal itu, kegiatan nguri-nguri Sejarah digelar oleh Komunitas Menapak Jejak Sejarah (MJS). Yakni, komunitas yang concern di bidang sejarah, alam dan budaya. 

Komunitas MJS, menggelar acara bertajuk menapaki jejak sejarah yang ada di Kampung Peneleh Surabaya. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 50 peserta.

"Alhamdulillah kegiatan yang kami gelar mendapat perhatian dari para penggiat sejarah, mahasiswa, pelajar hingga masyarakat umum. Yang menggembirakan peserta bukan hanya dari Surabaya. Melainkan juga dari  berbagai kota, antara lain Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, Blitar dan Kediri," tutur Ketua MJS, Mohamad Fahmi.

Lebih lanjut, Fahmi menjelaskan tujuan kegiatan ini adalah memberikan edukasi sejarah kepada peserta terkait rekam sejarah (historis) yang ada di Kampung Peneleh Surabaya.

"Sengaja kami pilih lokasi kegiatan di Kampung Peneleh Surabaya. Karena, Kampung Peneleh memiliki beberapa spot sejarah terkait tokoh-tokoh besar dalam Sejarah Indonesia. Seperti Bung Karno, HOS Tjokroaminoto, dan Ruslan Abdulgani," jelasnya.

Dipaparkan pria berkacamata ini, bahwa manfaat kegiatan 'blusukan' yang diadakan Komunitas MJS agar masyarakat memahami beberapa lokasi jejak sejarah yang pernah ada di Kampung Peneleh Surabaya.

Dalam 'blusukan' tersebut para peserta diajak menjelajahi beberapa lokasi bersejarah.

Yakni, Situs Sumur Jobong, Masjid Jami Peneleh, Rumah HOS Cokroaminoto, Makam Eropa Peneleh dan Rumah Kelahiran Bung Karno. Dengan dipandu sejarawan Kuncarsono dan TP Wijoyo, ingatan para peserta diajak dan dibawa ke masa lampau. 

 

Situs Sumur Jobong 

Situs ini, berupa sumur kuno yang terbuat dari bahan terakota (tanah liat yang dibakar) yang digunakan sebagai bibir sumur, yang mana disebut juga Jobongan. Situs Sumur Jobong, ditemukan pada 31 Oktober 2018, saat dilakukan penggalian saluran air (box cluvert) di dalam Kampung Pandean Gang 1.

Situs Sumur Jobong, ditemukan di kedalaman kurang lebih 1,5 meter di bawah tanah. Saat pertama kali ditemukan, kondisi sumur terkubur tanah, dan ditemukan benda arkeologis lainnya seperti bata kuno, pecahan gerabah, keramik dan tulang manusia. 

"Hingga kini Situs Sumur masih mengeluarkan air jernih didalamnya. Dan ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya sesuai SK Walikota Surabaya," kata TP Wijoyo, pemerhati sejarah yang sekaligus pemandu kegiatan MJS.

Sedangkan Masjid Jami Peneleh, merupakan sebuah bangunan Masjid tua yang konon menurut pitutur masyarakat dibangun oleh Raden Rahmad (Sunan Ampel), dan pernah diperbaiki pada masa kolonial. Kini keaslian Masjid Jami yang berupa tiang sokoguru, bagian Pangimaman, Jam Bencet, dan arsitektur terjaga kelestariannya. Masjid Jami Peneleh, juga ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya di Kota Surabaya.

Adapun Rumah HOS Tjokroaminoto, adalah rumah kediaman HOS. Tjokroaminoto, yang diresmikan tanggal 27 November 2017 menjadi museum oleh Pemerintah Kota Surabaya, berlokasi di Jalan Peneleh Gang VII Surabaya. Berdasarkan catatan sejarahnya rumah tersebut merupakan rumah kediaman Pahlawan Nasional H. O. S. Tjokroaminoto beserta keluarganya. 

"Di rumah ini juga  pernah ditinggali  tokoh-tokoh pergerakan bangsa, seperti Bung Karno, Semaoen, Alimin, Darsono, Muso, Kartosuwirjo, serta Tan Malaka sempat bertemu dan berdialog di rumah tersebut," ujar Kuncarsono Prasetyo, praktisi sejarah yang juga bertindak selaku pendamping para peserta MJS.

Spot sejarah lainnya yang juga didatangi yakni Makam Eropa Peneleh. Makam ini merupakan Europese Begraafplaats in Pênêléh Soerabaia atau pemakaman orang Eropa terbesar se-Indonesia. Kompleks makam yang diresmikan pada 1 Desember 1847 silam ini memiliki luas kurang lebih 4,5 hektar.

Konon, pemakaman ini menjadi tempat peristirahatan para pejabat Hindia Belanda, juga tuan dan puan Eropa asal Swiss, Norwegia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Armenia, Prancis, Belgia, hingga Austria.

Yang terakhir, adalah Rumah Kelahiran Bung Karno yang beralamat di Jalan Pandean IV Peneleh Surabaya. 

"Ini merupakan tempat bersejarah, dimana Bapak Proklamator Bung Karno dilahirkan. Selepas pindah dari Bali untuk bertugas mengajar di Surabaya, Bapak R. Soekeni dan Ibu Nyoman Rai Srimben tinggal di Kampung Pandean, Peneleh. Pada tanggal 6 Juni 1901, di rumah sederhana inilah lahir R. Koesno (kemudian berganti nama menjadi Soekarno) seorang putra bangsa yang kelak akan menjadi presiden pertama Indonesia," imbuh Kuncarsono.

Di Rumah Kelahiran Bung Karno ini, terdapat koleksi perjalanan keluarga Bapak R. Soekeni dan Ibu Nyoman Rai Srimben sekaligus Soekarno dalam bentuk video mapping serta teknologi Augmented Reality yang memberikan pengalaman baru bagi para pengujung Rumah Kelahiran Bung Karno. 

Diakui Nadya Azza Mahirah, salah satu peserta, dirinya merasakan mendapatkan  ‘ilmu baru’ yang sangat bermanfaat. Karena langsung mendatangi tempat bersejarah serta mendapatkan cerita dari orang-orang yang berkompeten.

"Saya merasa mendapatkan pengalaman dan ilmu yang bermanfaat. Senang ikut acara ini. Kalau ada lagi saya akan mengajak teman-teman saya yang lain. Generasi muda harus tahu sejarah, biar melek dengan apa yang terjadi di masa lalu," kata  gadis kelas XI di MAN Sidoarjo ini. (ega)

 

 

Komentar