Kondisi Global Tak Menentu, Ini Beberapa Variabel Pendorong Perekonomian Jatim


KANALSATU - Kondisi geopolitik global semakin tak menentu. Bahkan tidak lebih baik dibanding pada tahun 2023.

Ini bisa dilihat Perang Rusia dan Ukraina yang masih belum selesai, tensi hubungan Amerika dan China juga naik turun. Begitu juga dengan peperangan antara Israel dan Palestina, juga belum menunjukkan ke arah perdamaian.

Ketegangan laut merah akan menimbulkan implikasi terhadap lalulintas perdagangan internasional. Ongkos transportasi akan menjadi lebih mahal karena shipping harus berputar.

Penurunan permintaan dari luar negeri bisa dipastikan akan terjadi sehingga berdampak negatif terhadap kinerja ekspor Jatim.

Sementara harga minyak saat ini sudah diatas USD 86-90 per barel. Jika konflik Israel dan Iran berkepanjangan, divmana Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia, maka ini akan menimbulkan persoalan.

"Harga energi akan terus naik, kalau energi terus merangkak naik, ya tentu akan berimplikasi terhadap harga BBM dalam negeri. Dan harga minyak kaitannya dengan inflasi sangat erat," tegas Erwin Gunawan Hutapea saat Media Briefing dengan tema "Penguatan Sinergi untuk Menjaga Stabilitas dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur" di Surabaya, Senin (23/4/2024).

Meski demikian, Bank Indonesia Jawa Timur tetap optimistis kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan I/2024 akan tetap tumbuh positif di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV/2023 sebesar 4,95 persen (yoy). Optimisme ini dengan melihat sejumlah variabel pendorong, khususnya kenaikan konsumsi dalam negeri.

Erwin mengungkapkan bahwa ketidakpastian ekonomi global dan kian memanasnya geopolitik menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia, termasuk Jatim.

Sementara mata uang di belahan dunia juga mengalami pelemahan, termasuk Indonesia. Bahkan beberapa hari belakangan nilai tukar rupiah terhadap dolar sudah tembus Rp 16 ribu. Untuk itu, BI bersama otoritas lain akan berupaya mengendalikan stabilitas rupiah.

Meski demikian, tingginya kenaikan konsumsi dalam negeri telah mendorong kinerja di triwulan I/2024. Pemilihan presiden dan legislatif yang dilakukan pada Februari 2024 yang lalu serta Pilkada serentak yang akan dilakukan pada November 2024, menurut analisis BI akan sedikit banyak memberikan dorongan pada permintaan konsumsi dalam negeri.

"Sehingga upaya untuk menjaga stabilitas harga untuk menjaga daya beli masyarakat tetap menjadi fokus kami," tandasnya.

Kondisi ini juga didukung oleh kinerja kredit perbankan di Jatim yang dinilai masih cukup besar serta kuatnya transaksi sistem pembayaran non tunai dan tunai pada 2023 yang terus berlanjut hingga 2024.

"Hingga 2024, kredit perbankan di Jatim terpantau cukup positif dengan kualitas kredit yang masih terjaga," kata Erwin.

Agar ekonomi Indonesia, khususnya Jatim tetap terjaga, maka Erwin menegaskan bahwa faktor global masih harus menjadi perhatian bersama, khususnya kondisi geopolitik dan geoekonomi, juga terkait dengan harga minyak.

"Ketika berbicara pertumbuhan ekonomi, maka orientasi ekspor kelihatannya perlu mulai kita dorong mengarah pada negara yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi. Terkait keberlanjutan PSN (Proyek Strategis Nasional) akan terus kita dorong untuk menjadi salah satu sumber pertumbuhan," ujarnya.

Sementara dari sisi inflasi, data terakhir yang diamati BI menunjukkan bahwa perkembangan harga setidaknya sudah mulai stabil, misal komoditas beras, telur ayam, cabe merah, cabe rawit sudah mulai turun.

"Tetapi perhatian perlu kita berikan kepada bawang di mana memang hujan dan banjir yang terjadi di 2024 memberikan tekanan pada produksi. BI akan terus mengupayakan langkah untuk mendorong stabilitas harga dan produksi," tukasnya.

Ke depan, diperlukan penguatan sinergi dan kolaborasi antara pemerintah daerah dengan pemangku kebijakan makroekonomi untuk terus mengawal kinerja ekonomi Jawa Timur yang lebih baik.

Sejalan dengan optimisme pertumbuhan ekonomi Jatim 2024, Kepala Kantor OJK Jawa Timur, Giri Tribroto menyampaikan bahwa kinerja perbankan Jawa Timur sampai dengan Februari 2024 tetap solid. Hal tersebut ditunjukkan oleh penyaluran kredit yang tumbuh lebih tinggi, meski dibawah nasional.

"Mayoritas kredit disalurkan kepada sektor Rumah Tangga (konsumsi) dan Industri Pengolahan, sejalan dengan share nya pada PDRB," kata Giri.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Kantor Wilayah DJPb Provinsi Jatim, Taukhid, menyampaikan bahwa belanja pemerintah menunjukkan kinerja yang positif, dengan realisasi belanja APBD konsolidasi se-Jawa Timur sampai dengan Triwulan I/2024 sebesar Rp14,27 T (10,69%) dari alokasi Tahun Anggaran 2024. Belanja Pemerintah yang solid tersebut dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat.

Sementara Kepala Kantor Perwakilan LPS II Jatim, Bambang S Hidayat menyampaikan bahwa LPS menjamin penuh lebih dari 69,6 juta rekening simpanan di Bank Umum dan 2,6 juta rekening di BPR/BPRS atau mencakup 99,95 persen dari total seluruh rekening.
(KS-5)
Komentar