"Tidak Tahu Malu" ternyata "Penyakit"
Oleh: Hadi Prasetyo
Tulisan ini terinspirasi oleh pemberitaan intensifnya *kelakuan aneh* jelang pilpres dan pileg 2024, yg dipertontonkan para politisi atau pasukan pendukung, yang bagi rakyat biasa dirasakan aneh, lucu, memuakkan, dan mengejutkan, serta memalukan menurut norma umum masyarakat.
*Malu*, mengutip _Kompasiana_, bermakna merasa sangat tidak enak hati, hina, rendah, tak mampu, karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan/norma, karena mempunyai cacat atau kekurangan, dsb);
Juga malu dalam arti segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat; merasa rendah diri karena berada di tengah-tengah orang penting.
Pada dasarnya, semua manusia normal (sehat fisik, sehat rohani, sehat jiwa) mempunyai rasa malu, serta paham betul hal-hal apa saja yang membuat dirinya kehilangan rasa malu sehingga menjadi _tak tahu malu_.
Pemahaman itu, menjadikan dirinya berhati-hati bila berbicara, bertindak, atau pun melakukan sesuatu
_Tak tahu malu_ biasanya dikategorikan ke dalam
• tak tahu malu sesaat - sementara
• tak tahu malu karena gangguan medis atau penyakit fisik
• tak tahu malu karena gangguan jiwa
Tak tahu malu sementara biasanya terjadi karena adanya dorongan atau kebutuhan yang sangat mendesak, sehingga kesampingkan rasa malu, segan, agar bisa melakukan sesuatu sesuai kebutuhan saat itu.
Mengutip _detikHealth_ rasa tidak tahu malu yg dialami seseorang secara 'relatif permanen' karena gangguan medis fisik, berdasar kan penelitian ilmuwan dari University of California, San Francisco dan University of California, Berkeley, terungkap bahwa ada bagian dari otak yang sangat bertanggungjawab terhadap muncul tidaknya rasa malu.
Menurut penelitinya, _Virginia Sturm_, timnya telah mengidentifikasi adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut _'pregenual anterior cingulate cortex'_ sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.
"Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang. Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa malu," kata Virginia seperti dilansir dari Sciencedaily (17/4/2011).
Pusat malu di bagian _'pregenual anterior cingulate cortex'_ ini posisinya berada jauh di dalam otak yakni sebelah kanan depan.
Fungsi lain dari bagian otak ini antara lain mengatur detak jantung dan pernapasan, emosi, perilaku kecanduan dan pengambilan keputusan.
Maka itu pada orang yang otaknya sehat, ketika merasa malu bagian otak ini akan berfungsi maksimal.
Rasa malunya akan membuat tekanan darah menjadi naik, detak jantung meningkat atau terjadi perubahan napas.
Sementara itu tak tahu malu karena gangguan jiwa, mengutip _Halodoc_ termasuk sosiopat, yaitu jenis gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku dan pola pikir antisosial. Karakter seorang sosiopat umumnya adalah perilaku yang eksploitatif, melanggar hukum, tidak peduli dengan orang lain, dan kasar (tapi bisa juga tidak kasar, terutama kalau mengalami dual personality)
Mereka juga cenderung punya pemikirannya sendiri yang tidak logis dan tidak bisa diprediksi. Seorang sosiopat biasanya tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Ia justru cenderung mengabaikannya (ndableg), dan hanya fokus pada pemikirannya pribadi, serta mengesampingkan orang lain.
Penyebab dari gangguan kepribadian ini tidak diketahui dengan jelas. Namun, gangguan ini diyakini merupakan hasil kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Berikut ini adalah beberapa karakter seorang sosiopat yang perlu diketahui:
Ada 4 tanda seseorang punya karakter sosiopat :
1. Acuh dan tidak peduli orang lain
2. Ego yg sangat besar
3. Manipulatif (mengancam dan memaksa orang lain)
4. Berani melanggar hukum
Mengakhiri tulisan ini, saya sungguh terusik, apakah heboh politik jelang pilpres pileg 2024 yang sarat dengan perilaku _'tak tahu malu' oleh para politisi dan pendukungnya, termasuk kategori _tak tahu malu_ sementara (karena terkait uang dan jabatan), atau _tak tahu malu_ karena penyakit medis atau bahkan _tak tahu malu_ karena penyakit jiwa.
Rasanya sich kategori yang terakhir, karena nampak jelas _putus urat malunya_. Tapi entahlah! Toh rakyat biasa tetap harus bekerja banting tulang untuk survive, tanpa harus langgar aturan.
Wallahualam
(HP 14 November 2024)
*Pemerhati sosial politik & budaya
*Malu*, mengutip _Kompasiana_, bermakna merasa sangat tidak enak hati, hina, rendah, tak mampu, karena berbuat sesuatu yang kurang baik (kurang benar, berbeda dengan kebiasaan/norma, karena mempunyai cacat atau kekurangan, dsb);
Juga malu dalam arti segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat; merasa rendah diri karena berada di tengah-tengah orang penting.
Pada dasarnya, semua manusia normal (sehat fisik, sehat rohani, sehat jiwa) mempunyai rasa malu, serta paham betul hal-hal apa saja yang membuat dirinya kehilangan rasa malu sehingga menjadi _tak tahu malu_.
Pemahaman itu, menjadikan dirinya berhati-hati bila berbicara, bertindak, atau pun melakukan sesuatu
_Tak tahu malu_ biasanya dikategorikan ke dalam
• tak tahu malu sesaat - sementara
• tak tahu malu karena gangguan medis atau penyakit fisik
• tak tahu malu karena gangguan jiwa
Tak tahu malu sementara biasanya terjadi karena adanya dorongan atau kebutuhan yang sangat mendesak, sehingga kesampingkan rasa malu, segan, agar bisa melakukan sesuatu sesuai kebutuhan saat itu.
Mengutip _detikHealth_ rasa tidak tahu malu yg dialami seseorang secara 'relatif permanen' karena gangguan medis fisik, berdasar kan penelitian ilmuwan dari University of California, San Francisco dan University of California, Berkeley, terungkap bahwa ada bagian dari otak yang sangat bertanggungjawab terhadap muncul tidaknya rasa malu.
Menurut penelitinya, _Virginia Sturm_, timnya telah mengidentifikasi adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut _'pregenual anterior cingulate cortex'_ sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.
"Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang. Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa malu," kata Virginia seperti dilansir dari Sciencedaily (17/4/2011).
Pusat malu di bagian _'pregenual anterior cingulate cortex'_ ini posisinya berada jauh di dalam otak yakni sebelah kanan depan.
Fungsi lain dari bagian otak ini antara lain mengatur detak jantung dan pernapasan, emosi, perilaku kecanduan dan pengambilan keputusan.
Maka itu pada orang yang otaknya sehat, ketika merasa malu bagian otak ini akan berfungsi maksimal.
Rasa malunya akan membuat tekanan darah menjadi naik, detak jantung meningkat atau terjadi perubahan napas.
Sementara itu tak tahu malu karena gangguan jiwa, mengutip _Halodoc_ termasuk sosiopat, yaitu jenis gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku dan pola pikir antisosial. Karakter seorang sosiopat umumnya adalah perilaku yang eksploitatif, melanggar hukum, tidak peduli dengan orang lain, dan kasar (tapi bisa juga tidak kasar, terutama kalau mengalami dual personality)
Mereka juga cenderung punya pemikirannya sendiri yang tidak logis dan tidak bisa diprediksi. Seorang sosiopat biasanya tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Ia justru cenderung mengabaikannya (ndableg), dan hanya fokus pada pemikirannya pribadi, serta mengesampingkan orang lain.
Penyebab dari gangguan kepribadian ini tidak diketahui dengan jelas. Namun, gangguan ini diyakini merupakan hasil kombinasi faktor genetik dan lingkungan.
Berikut ini adalah beberapa karakter seorang sosiopat yang perlu diketahui:
Ada 4 tanda seseorang punya karakter sosiopat :
1. Acuh dan tidak peduli orang lain
2. Ego yg sangat besar
3. Manipulatif (mengancam dan memaksa orang lain)
4. Berani melanggar hukum
Mengakhiri tulisan ini, saya sungguh terusik, apakah heboh politik jelang pilpres pileg 2024 yang sarat dengan perilaku _'tak tahu malu' oleh para politisi dan pendukungnya, termasuk kategori _tak tahu malu_ sementara (karena terkait uang dan jabatan), atau _tak tahu malu_ karena penyakit medis atau bahkan _tak tahu malu_ karena penyakit jiwa.
Rasanya sich kategori yang terakhir, karena nampak jelas _putus urat malunya_. Tapi entahlah! Toh rakyat biasa tetap harus bekerja banting tulang untuk survive, tanpa harus langgar aturan.
Wallahualam
(HP 14 November 2024)
*Pemerhati sosial politik & budaya