Pemerintah dan Publik Harus Pelajari Kebangkrutan Amazon

KEBANGKRUTAN AMAZON: Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, berharap kebangkrutan Amazon dicermati lebih dan dipelajari lebih jauh, mengapa perusahaan raksasa dunia itu sampai kolaps. (sefdin)

KANALSATU - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengajak pemerintah dan pengusaha untuk mempelajari kebangkrutan Amazon dan gelombang PHK di perusahaan tersebut.

Ajakan itu terungkap menyusul langkah Amazon yang telah mengumumkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 18.000 karyawan di seluruh operasi perusahaan. 

Karena itu Ketua DPD RI mengajak pemerintah dan pengusaha untuk mempelajari kebangkrutan Amazon.

"Tentu apa yang menimpa Amazon sehingga melakukan PHK terhadap belasan ribu karyawannya harus dijadikan pelajaran bagi kita semua," tegasnya, Rabu (1/2/2023).

LaNyalla juga mengingatkan kepada semua pihak untuk mewaspadai ancaman resesi yang mulai nampak ke permukaan. Sebab, resesi akan berdampak pada perekonomian masyarakat.

"Kita harus bisa mempelajari sejauh mana dampak yang terjadi di Indonesia, dalam hal ini kebangkrutan Amazon," tuturnya.

Senator asal Jawa Timur itu menilai, kebangkrutan Amazon perlu dicermati lebih dan dipelajari lebih jauh, mengapa perusahaan raksasa dunia itu sampai kolaps.

Meski startup  di Indonesia sudah lebih dulu berguguran, namun menurut LaNyalla, bangkrutnya Amazon tetap patut dicermati. 

Tujuannya adalah, agar hal itu menjadi pembelajaran bagi para pengusaha. "Kita harus belajar dari kebangkrutan Amazon, apa yang menjadi faktor penyebabnya," tuturnya.

LaNyalla terus mendorong pelaku usaha di Indonesia agar lebih eksis dan jeli dalam menangkap peluang pasar. 

Seperti diketahui, Amazon melaporkan hasil kuartal keempat pada hari Kamis lalu, para eksekutif cenderung menghadapi pertanyaan mengenai pengurangan jumlah karyawan, dan dampak keuangan yang diharapkan.

Menurut perkiraan analis, pertumbuhan pendapatan diperkirakan turun hingga 6% dan tetap dalam satu digit hingga periode terakhir 2023. 

Hal itu terjadi karena Amazon telah memperhitungkan ancaman resesi dan penurunan belanja konsumen. (ard)

Komentar