Tingkatkan Konsumsi Makanan Sehat, Tim Ubaya Tambahkan Spirulina dalam Formulasi Pasta

(kiri-kanan) Prof Lieke, Maria, Bryan, dan Ong menunjukkan pasta spirulina.

KANALSATU – Tim dosen dan mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Surabaya membuat optimasi formulasi pasta dengan penambahan spirulina. Penambahan ini membuat pasta memiliki kandungan protein dan gizi yang tinggi.

Ketua tim penelitian, Prof. Ir. Lieke Riadi, Ph.D., mengatakan pasta spirulina dibuat agar masyarakat bisa memiliki gaya hidup mengonsumsi healthy food. “Kami ingin menunjukkan bahwa ada perbedaan kandungan protein antara pasta biasa dengan pasta yang kami formulasikan dengan spirulina. Pasta dengan spirulina tidak hanya tinggi karbohidrat, tapi juga tinggi protein,” ujarnya

Mahasiswa Ubaya yang juga anggota tim, Bryan Arvin Kusuma memaparkan alasan penggunaan spirulina. "Selain memiliki kandungan protein tinggi, spirulina juga mengandung senyawa aktif yang bersifat antioksidan. Selain itu, spirulina dapat mudah ditemukan karena mudah dikultur,” jelas mahasiswa angkatan 2019 itu.

Kandungan spirulina pada pasta dioptimalkan hingga 20 persen. Optimalisasi ini dilakukan agar pasta memiliki gizi yang maksimal. Hal ini telah diuji melalui serangkaian analisis nutrisi.

Berdasarkan hasil analisis, pasta spirulina memiliki kandungan protein hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pasta kontrol (tidak ada penambahan spirulina) dan pasta di pasaran, yaitu sebesar 11,5 persen. Dengan protein yang tinggi ini, lanjut Bryan, sangat menguntungkan dunia kesehatan karena akan mengisi kekurangan kandungan asam amino esensial.

Selain itu, pasta spirulina ini kaya akan kandungan antioksidan, seperti phycocyanin, beta-karoten, serta vitamin dan mineral lain. Ada pula kandungan senyawa fenolik tinggi yang berfungsi mencegah penyebaran penyakit. Ditambah lagi, nilai kalori pada pasta spirulina lebih rendah dibandingkan pasta kontrol dan pasta di pasaran.

Hal ini dikarenakan spirulina memiliki sifat rendah kalori dan lemak. “Dengan demikian, pasta Spirulina ini dapat menjadi sumber makanan yang rendah kalori,” imbuh Bryan.

Tekstur pada pasta spirulina ini juga telah dipotimalkan, sehingga teksturnya mirip dengan pasta pada umumnya. Perbedaan terletak pada warnanya yang hijau, namun akan berubah agak kehitaman setelah direbus.

Prof. Lieke berharap pasta spirulina dapat menjadi preferensi masyarakat dalam memilih produk makanan yang sehat. “Sehingga orang tetap bisa makan karbohidrat tapi juga dapat added value yang bermanfaat, yaitu penambahan protein tinggi,” pungkasnya.

Selain Prof. Like dan Bryan, tim ini juga beranggotakan Ong Lu Ki, S.T., Ph.D. dan Maria Angellica Candra Prasetio. (KS-5)

Komentar