Siantar Top Kuartal I/2022 Tumbuh 15,29%

RUPS SIANTAR TOP: Direktur Utama PT Siantar Top Tbk, Armin, usai rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan, Jumat (1/7/2022), menjelaskan meski kondisi ekonomi belum normal, namun kinerja perseroan tumbuh bagus. (ard)

KANALSATU - PT Siantar Top Tbk tahun ini menargetkan pendapatannya meningkat dua digit dibanding tahun lalu yang hanya Rp4,24 triliun. 

Direktur Utama PT Siantar Top Tbk, Armin, mengatakan meski kondisi ekonomi belum sepenuhnya normal, namun kinerja perseroan terkoreksi sangat bagus.

Hal itu dibuktikan dengan pencapaian target pendapatan, yang pada kuartal I/2022 sudah berhasil menembus angka 15,29%.

"Meski masih jauh, tapi target perolehan pendapatan meningkat dua digit dari tahun lalu optimistis tercapai," katanya usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) di Surabaya, Jumat (1/7/2022).

Dari cacatan RUPS terungkap bahwa perseroan yang leading pada industri makanan kecil (food industry) ini, pada tahun buku 2021 performa penjualan bersih mencapai Rp4,24 teiliun.

Pencapaian itu mengalami kenaikan sekitar 10,28% dibandingkan dengan total pendapatan tahun sebelumnya (2020) yang hanya Rp3,84, dengan raihan lana bersih mencapai Rp617 miliar.

Armin membenarkan hal itu. Karena itu pada tahun buku 2022 ini, pihaknya sangat optimistis mampu meraih pendapatan lebih bagus lagi.

"Meski pada kuartal I tahun ini perseroan baru mencatatkan pertumbuhan 15,29% dibandingkan tahun lalu. Namun saya optimis semuanya akan lebih bagus," katanya. 

Disinggung rencana belanja modal tahun ini, Armin mengatakan untuk investasi proyek, lalu perbaikan dan juga untuk pembagian deviden, diperkirakan kebutuhannya mencapai Rp350 miliar.

"Dengan belum berakhirnya pandemi sampai saat ini, perseroan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana inveatasi yang ada. Dan kami memutuskan berkonsentrasi pada pengembangan pabrik, terutama mesin-mesin produkai yang tingkat utilisasinya sudah mencapai 80%," jelasnya. 

Menyangkut kendala produksi, Armin mengakui justru bukan soal distribusi atau urusan pengembangan pasar dan urusan persaingan, namun lebih pada soal bahan baku dan kapal serta petikemas.

"Bahan baku seperti gandumg kadang jadi masalah, khususnya pada harga. Karena kebutuhan tepung gandum mencapai 10%, ya pasti agak menggangu," tuturnya.

Belum lagi minyak goreng (migor), kata Armin karena kebutuhannya mencapai sekitar 20% dari total produksi, mahal dan langkanya migor terpaksa dibutuhkan strategi sendiri untuk mengatasinya.

"Belum lagi urusan kapal dan petikemas, di samping sulit, yang tarifnya sejak pandemi terus naik, ini juga jadi masalah dan harus diatasi dengan berbagai strategi agar tidak mengganggu kinerja," katanya. (ard)

Komentar