Berkat Dam Kali Kawat, Produktivitas Petani Semakin Meningkat

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menabur benih ikan nila dan gurami di Kali Kawat.

KANALSATU - Setelah sempat mangkrak sekitar dua puluh tahun dam Kali Kawat di Dusun Krajan, Desa Sarongan kembali berfungsi setelah dilakukan normalisasi yang dikerjakan PT Bumi Suksesindo (BSI) bersama warga mulai pertengahan tahun lalu. Dam Kali Kawat kini bisa digunakan untuk mengairi 243 hektare sawah warga.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada PT BSI yang tanggap atas aspirasi masyarakat. Alhamdulillah, sekarang masyarakat bisa mendapatkan manfaat langsung,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat kegiatan Bunga Desa (Bupati Ngantor di Desa) dan meninjau dam yang kini sudah berfungsi kembali.

Dulu, ketika dam masih mangkrak, petani hanya mengandalkan hujan untuk mengairi sawah mereka. Akibatnya, hasil pertanian kurang optimal, hanya setengah dari sawah normal. Hujan yang diandalkan juga bisa menjadi sumber masalah ketika debitnya berlebihan karena menyebabkan sawah kebanjiran.

Dengan berfungsinya dam, aliran air bisa diatur sesuai kebutuhan. Dua bulan setelah pengerukan pertama yang dilakukan 27 Juli 2020, petani sudah merasakan manfaat. Pada akhir 2020, petani sudah menanam normal meski pada waktu itu belum banyak hujan turun.

Awal Maret 2021, petani sudah berhasil memanen padi mereka. Petani warga Dusun Krajan mengaku sangat terbantu dengan aliran air dari dam.

“Dulu betul-betul tergantung hujan, sekarang sudah normal,” kata Suroso. Hal ini diamini Wisnatun yang mengaku sekarang lebih bersemangat ke sawah.

Senior Manager External Affairs PT BSI, Sudarmono mengatakan, dengan aliran air dari dam, petani saat ini bisa menanam setahun tiga kali, sebelumnya hanya sekali, dan di sela-sela penanaman padi mereka bisa membudidayakan palawija.

“Dengan hitungan konservatif, dari 243 hektare, setidaknya tahun ini petani Dusun Krajan bisa menghasilkan sekitar 4.400 ton dari sawah mereka,” kata Sudarmono.

Dam Kali Kawat sendiri dirintis pembangunannya pada 1968 oleh seseorang bernama Maji. Kala itu, kerangka bangunan masih terbuat dari kayu. Bangunan tersebut mampu bertahan hingga sepuluh tahun.

Pada 1978, pemerintah mengganti bangunan dam dengan material beton dan bertahan sampai saat ini. Namun, seiring waktu sampah, batuan, dan sedimen yang terbawa arus sungai dari hulu semakin lama semakin banyak memenuhi cekungan dam.

Akibatnya, debit air yang semula mencapai 600 ribu meter kubik berkurang drastis. Selama dua puluh tahun terakhir, dam ini praktis mangkrak.

Pada pertengahan 2020, Kepala Desa Sarongan Gunoto meneruskan permintaan warga agar PT BSI membantu menormalisasi dam. BSI menyambut ajakan ini.

Setelah beberapa perizinan dibereskan (karena lokasi dam berada di dalam kawasan agar alam Meru Betiri), pada 27 Juli 2020 alat berat mulai mengeruk material yang menutupi dam.

Saat peninjauan, Ipuk menyempatkan menanam pohon alpukat di tanggul dam. Setelah itu, ia menebar benih ikan nila dan gurami. Menurut Sudarmono, benih ikan yang ditabur hari itu berjumlah sekitar 5.000 ekor.

Sebelumnya, BSI juga sudah melakukan penaburan sebulan lalu untuk menjaga fungsi sungai tetap normal.
Setelah acara tabur ikan, warga mengaku siap menjaga agar berkembang dengan baik.

“Ikan di sini tidak boleh disetrum, dijaring, apalagi dipotas. Kalau ketahuan ketahuan bisa didenda,” kata Sunarko, warga setempat.

Siang itu, selain menyampaikan apresiasinya kepada PT BSI, Ipuk juga berharap PT BSI melanjutkan peran memajukan UMKM di wilayah operasinya. (KS-5)
Komentar