Sering Diremehkan, Data Kasus Uroginekologi Terus Meningkat
RSIA Kendangsari Merr Luncurkan MUACH
KANALSATU - Data kasus uroginekologi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari beberapa kasus yang masuk dalam sub spesialis ini, prolabs organ panggul menyumbang angka terbesar.
dr. Gatut Hardianto, SpOG., Subsp Urogin.RE menuturkan, ada beberapa kasus yang terkait dengan uroginekologi. Mulai dari prolabs organ panggul, kelainan genital, fistula urogenital, fistula Rektovagina, Fistula Perianal dan Ruptur Perineum.
"Paling banyak pasien yang datang dengan kondisi prolabs organ panggul. Penyakit ini memang tidak mematikan tetapi bisa menurunkan kualitas hidup," kata dr Gatut saat pers conference Merr Moment Intima Summit, Sabtu (29/6/2024) di Surabaya.
Prof. Dr. dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, SpOG., Subsp.Urogin.RE menuturkan, terus meningkatnya angka kasus ini di antaranya didukung dengan semakin terbukanya informasi.
"Sekarang karena keterbukaan informasi, di media sosial, orang tahu bahwa di RSIA Merr keluhan-keluhannya bisa ditangani, mereka akhirnya memeriksakan diri. Kebanyakan pasien yang datang ke kami sudah dalam kondisi stres, depresi," kata dr. Eighty.
Kasus terbanyak di Poli Uroginekologi adalah Prolabs Organ Panggul (POP). Ia menuturkan, POP selama ini sering diremehkan dan dianggap bukan penyakit. Hal ini menyebabkan kondisi pasien semakin parah.
POP sendiri adalah penonjolan organ panggul ke dalam hingga keluar vagina. POP terjadi karena penyokong organ panggul melemah.
"Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan POP. Pertama yaitu usia, terutama yang sudah menopause. Kemudian persalinan dan kehamilan. Terutama pada persalinan pervaginam, jumlah persalinan, tindakan dalam persalinan yaitu FE dan vakum, proses persalinan yang lama dan bayi besar," tuturnya.
Faktor risiko lainnya yaitu obesitas, batuk kronis dan konstipasi, rokok, alkohol serta faktor genetik.
POP ini bisa menyebabkan gangguan seperti benjolan pada vagina, gangguan berkemih, memengaruhi proses buang air besar dan gangguan aktivitas seksual.
Selain POP, kasus lainnya yang sekarang ini mulai banyak muncul adalah vaginismus atau kesulitan berhubungan suami istri karena pengencangan otot-otot di sekitar vagina secara tidak sedar. Kondisi ini terjadi ketika adanya penetrasi.
"Saya melihat sebuah trend adanya peningkatan pasien yang datang dengan vaginismus. Dulu pasien mungkin masih malu-malu. Pasien datang, nangis, sudah menikah 3-4 tahun tidak bisa berhubungan suami istri. Prinsip kami, kalau pasien gagal hubungan seksual, kami harus singkirkan dulu penyebab anatominya," tutut dr. Eighty.
Ia menuturkan, di RSIA Kendangsari Merr di 2020 dalam setahun hanya ada lima pasien. Kemudian 2021 sebanyak 19 pasien, 2022 ada 64 pasien, 2023 ada 67 pasien dan 2024 sampai Bulan April ada 28 kasus.
Direktur RSIA Kendangsari Merr Dhimas Panji Chondro menuturkan, RSIA Merr saat ini memiliki layanan Urogynecology center pertama dan satu-satunya di Surabaya Raya yang digawangi Prof. Dr. dr. Eighty Mardiyan Kurniawati, SpOG (K)., Subsp. Urogin.RE dan dr. dan Gatut Hardianto, SpOG (K)., Subsp. Urogin RE.
"Program Urogynekologi Center ini diberi nama MUACH (Merr Urogynecology and Aesthetic Center Healthcare). Ini merupakan layanan unggulan dari RSIA Merr," jelasnya.
MUACH memiliki keunggulan berupa dukungan beberapa alat berteknologi tinggi seperti Laser dan Biofeedback. Alat ini sangat membantu pemberian layanan area kewanitaan ini menjadi lebih komprehensif dan less invasive sehingga hasil treatment akan lebih baik dan lebih terukur terukur.
Penyediaan alat canggih ini tidak lepas dari kontribusi dari mitra RSIA Kendangsari Merr yaitu Regenesis. Tentunya juga Tim Urogynekologi Surabaya, yang kedepannya akan terus saling berkolaborasi untuk memberikan layanan terbaik bagi para pasien.
Layanan Subspesialis dari kebidanan dan kandungan ini menangani berbagai masalah kewanitaan seperti Rahim turun, gangguan berkemih (beser), gangguan fungsi defekasi, gangguan fungsi seksual seperti vaginismus, estetika area intim Wanita, senam kegel serta stimulasi otot vagina dengan biofeedback.
Komisaris utama PT Merr Medika Mulia Prof. Dr. dr. Budi santoso, SpOG., Subsp.FER mengatakan, selama ini ada ungkapan bahwa kualitas hidup perempuan semakin bertambah usia akan semakin menurun. Namun dengan perawatan yang tepat, kualitas hidup perempuan justru akan tetap terjaga. (KS-5)