KTNA : Wujudkan Ketahanan Pangan, Penerapan Bioteknologi Pertanian Jadi Keharusan

(Dari kiri ke kanan) Ketua KTNA Jatim Sumrambah, Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto bersama Ketua HKTI Jatim Onny Anwar Harsono usai berdiskusi tentang pentingnya penerapan bioteknologi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional pada event InaGRO Expo 2022 yang diselenggarakan Kadin Jatim di Grand City Surabaya, Jumat (12/8/2022)


KANALSATU - Krisis pangan global sudah di depan mata. Hal ini harus disikapi dengan tepat oleh seluruh pihak, utamanya pelaku industri agro tanah air dari hulu hingga hilir.

Salah satunya melalui penerapan bioteknologi mulai dari pembibitan hingga pasca panen.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jatim Sumrambah menegaskan, penggunaan bioteknologi saat ini menjadi sebuah keharusan yang dilakukan.

"Kita tidak bisa antipati dengan bioteknologi. Karena bioteknologi adalah pengembangan yang akan menjadi salah satu jawaban atas kondisi pertanian kita yang saat ini produksi pangan tidak bisa mengimbangi pertambahan penduduk," kata Sumrambah disela acara InaGRO Business Forum yang digelar oleh Kadin Jatim di Grand City Surabaya, Jumat (12/8/2022).

Apalagi saat ini luasan lahan pertanian di Indonesia, termasuk Jawa Timur semakin menyusut. Padahal Jatim merupakan lumbung pangan nasional.

Saat ini, alih fungsi lahan sangat luar biasa. Secara nasional, luas lahan pertanian di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 8,4 juta hektar. Di tahun 2019, luas lahan pertanian di Indonesia hanya mencapai 7,4 juta hektar.

"Kalau ini dibiarkan, maka prediksi kami di tahun 2045, lahan pertanian kita hanya akan mencapai 3,6 juta hektar. Ini tidak akan bisa mencukupi kebutuhan pangan Indonesia. Terlebih dengan penambahan penduduk yang sudah diangkat 240 juta jiwa. Itu sangat luar biasa banyaknya yang harus kita kasih makan," tegasnya .

Maka selain dengan penerapan bioteknologi, hal yang harus segera dilakukan pemerintah adalah dengan menetapkan Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) yang tidak bisa diubah fungsinya. "Sambil kita menjalankan riset-riset yang telah kita lakukan, termasuk transgenik dan lain sebagainya," tandas Sumrambah.

Selain itu, pemerintah dan lembaga riset juga harus mampu meningkatkan keamanan dan menentukan tingkat kesesuaian dengan kondisi di Indonesia.

"Sekali lagi didalam dunia pertanian yang terpenting adalah tepat, sesuai dengan sasaran, terealisasi dengan baik dan ada pembuktian. maka proses sosialisasi pasti akan jalan dengan cepat," tandasnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Kontak KTNA Nasional M. Yadi Sofyan Noor bahwa bioteknologi sangat dibutuhkan petani untuk memperoleh bibit atau varietas yang bagus. Jika petani menggunakan varietas konvensional, maka produksi sangat terbatas.

"Nah kami di KTNA ingin ada temuan bibit baru yang kapasitas produksi lebih banyak, besar dan lebih bermutu. Dan yang penting juga tahan kekeringan dan hama," kata Yadi.

Saat ini hanya sekitar 7 varietas hasil bioteknologi yang telah digunakan. Jika dibandingkan Thailand, China, India dan Pakistan, Indonesia termasuk negara yang terlambat memanfaatkannya.

"Sayang kalau Indonesia tidak diberi bibit yang bagus karena potensinya besar," ujarnya.

Misalnya padi, kelebihan dari bibit padi dari varietas bioteknologi diyakini produktivitasnya sangat tinggi, tahan hama dan kekeringan.

Sementara itu, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Timur Ony Anwar Harsono menambahkan bahwa penerapan bioteknologi pasca panen juga sangat diperlukan untuk food security atau ketahanan pangan komoditas yang cepat membusuk. Dengan bioteknologi, maka akan memperpanjang usia untuk bisa dikonsumsi.

"Dan manfaatnya juga banyak. Tetapi selama ini kita ragu melaksanakan itu. Bawang putih yang difermentasi misalnya, akan ada senyawa baru seperti fenolik yang bisa meningkatkan imunitas daya tahan tubuh, anti kanker dan sebagainya," terang Ony Anwar.

Untuk itu, HKTI sepakat bahwa penggunaan bioteknologi akan membantu ketahanan pangan Indonesia. Selain produktifitasnya harus ditingkatkan, bagi jenis tertentu yang daya simpannya tidak lama, ketika difermentasi bisa digunakan sebagai bahan pangan yang nilai manfaatnya lebih tinggi. (KS-5)
Komentar