Januari 2020, Neraca Perdagangan Jatim Alami Defisit

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan

KANALSATU - Badan Pusat Statistika (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat nilai neraca perdagangan Jawa Timur selama Januari 2020 mengalami defisit sebesar 226,61 juta dolar AS. Hal ini disebabkan karena adanya selisih perdagangan yang negatif pada sektor migas maupun nonmigas, sehingga secara agregat terjadi defisit.

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan kepada wartawan, Senin (17/2/2020) mengatakan, total nilai ekspor Jatim pada bulan pertama di tahun 2020 mencapai USD 1,798 Miliar atau naik sebesar 4,24 persen dibandingkan Desember 2019.

Sedangkan impor tercatat USD 2,02 Miliar atau turun sebesar 1,08 persen dibandingkan Desember 2019.

"Untuk ekspor, sektor nonmigas mencapai USD 1,76 Miliar atau naik 6,68 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan untuk migas mencapai USD 33,98 juta atau turun sebesar 52,40 persen dibandingkan Desember 2019," tutur Dadang.

Golongan barang utama ekspor nonmigas Jatim bulan Januari adalah perhiasan/permata sebesar USD 407,25 juta. Disusul oleh tembaga serta kayu dan barang dari kayu.

Sedangkan menurut negara tujuan ekspor terbesar adalah Jepang yang mencapai USD 275,79 juta atau berkontribusi 15,63 persen. Disusul berikutnya Amerika Serikat dengan peranan 12,48 persen dan ke Tiongkok sebesar 11,99 persen.

"Untuk impor, terutama adalah golongan mesin-mesin/pesawat mrkanik, kemudian ampas/sisa industri makanan dan golongan besi dan baja," ujarnya.

Dilihat dari negara asal impor terbesar adalah Tiongkok dengan nilai USD 497,90 juta atau berperan sebesar 32,30 persen. "Impor dari Tiongkok memang mendominasi dibandingkan dari negara-negara lain. Disusul Amerika Serikat sebesar USD 107,44 juta atau berperan 6,97 persen dan Singapura sebesar USD 61,70 juta atau berperan 4 persen terhadap total impor Jatim," pungkasnya. (KS-5)


Komentar