Hadapi Revolusi Industri 4.0, OJK Dorong BPRS Lakukan Kolaborasi

Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Heru Cahyono
KANALSATU - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Jawa Timur mendorong BPR Syariah untuk terus berkembang dan kreatif menghadapi tantangan di era revolusi industri 4.0. BPRS di Jawa Timur harus mampu lebih adaptif dan kreatif dalam menyusun berbagai strategi bisnis, baik strategi dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat maupun strategi dalam menjalankan kegiatan operasional bank se-efektif dan se-efisien mungkin.

"Tantangan dan tingkat kompetisi yang dihadapi oleh industri BPR/S saat ini cenderung semakin ketat dengan berkembangnya perusahaan Fintech, Lembaga Keuangan Mikro (LKM), serta layanan LAKU PANDAI dan program KUR dengan bunga 7 persen, " kata Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Heru Cahyono disela Evaluasi Kinerja dan Capacity Building BPRS periode Semester I tahun 2019, Senin (24/6/2019) di
Hotel Golden Tulip, Batu.

Dikatakan Heru, revolusi industri 4.0 telah mengubah paradigma masyarakat dunia dan banyak menawarkan peluang bagi perbankan dan hal tersebut harus ditangkap oleh BPRS. Oleh karena itu, ia berharap agar pengembangan strategi bisnis yang dilakukan oleh BPRS di Jawa Timur bukan hanya berfokus pada produk yang dipasarkan (product based) namun bergeser pada ide-ide untuk melakukan kolaborasi mengembangkan platform bersama
(platform based), baik dengan sesama BPRS dalam satu industri, maupun berkolaborasi dengan Bank Umum Syariah atau lembaga jasa keuangan syariah lainnya seperti asuransi syariah, fintech syariah dan LKM Syariah.

Ia menambahkan, OJK Kantor Regional 4 Jawa Timur selalu mendorong dan mendukung upaya-upaya sinergi dalam pengembangan industri keuangan syariah yang diwujudkan dalam bentuk peluncuran tabungan berencana gerakan menabung milenial (Tabungan Gaul iB). Tabungan yang digagas oleh Kantor OJK
Regional 4 Jawa Timur dan dikembangkan bersama dengan ASBISINDO Kompartemen BPRS Jawa Timur ini merupakan produk simpanan berbasis digital banking yang spesifik
dipasarkan oleh BPRS di Jawa Timur untuk segmen milenial, khususnya pelajar SLTA dan
mahasiswa.

Heru menyampaikan, ekonomi Jawa Timur pada triwulan I - 2019 tumbuh 5,51 persen (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional dengan tingkat inflasi sebesar 5,07 persen (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional.

Sejalan dengan hal tersebut, sektor jasa keuangan di Jawa Timur juga mencatatkan kinerja yang positif, tercermin dari
peningkatan volume usaha perbankan syariah sebesar 7,38 persen (yoy) yang ditopang oleh
pertumbuhan DPK sebesar 14,5 persen (yoy) dan kredit/pembiayaan 7,94 persen (yoy). Diantara
kinerja positif perbankan Jawa Timur, BPRS mampu menunjukkan eksistensinya dengan
mencatatkan pertumbuhan volume usaha 8,26 persen (yoy), DPK 11,05 persen (yoy) dan Pembiayaan 21,97 persen (yoy).

Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan perbankan secara keseluruhan di Jawa Timur sehingga menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat Jawa Timur terhadap perbankan syariah dan khususnya BPRS mengalami peningkatan yang signifikan.

Namun demikian, perbankan syariah di Jawa
Timur harus lebih berupaya meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan
pembiayaan, mengingat risiko kredit perbankan syariah di Jawa Timur cenderung meningkat
secara signifikan dengan rasio NPF pada bulan Mei tahun 2019 sebesar 5,16 persen.

Selanjutnya terkait dengan pentingnya modal bank sebagai risk buffer dan pemenuhan
ketentuan permodalan, Heru berharap agar BPRS dapat mengantisipasi dan mengupayakan sejak dini kewajiban pemenuhan modal inti minimum yang harus dipenuhi pada akhir tahun 2020, terutama bagi BPRS dengan modal inti kurang dari Rp3 miliar dan Rp6 miliar.

Selain itu, pada hari ini OJK Kantor Regional 4 Jawa Timur meluncurkan APEX BPRS - Bank Jatim Syariah. Lembaga APEX diharapkan dapat menjadi pooling of funds untuk membantu BPRS di Jawa Timur mengatasi kesulitan likuiditas
karena mismatch, menjadi wholesale financing BPRS, dengan menyediakan pembiayaan
linkage serta pembiayaan dana bergulir, menjadi clearing house untuk keperluan payment
system BPRS dengan menggunakan Jatim Electronic Transfer System (JETS), serta
memberikan pelatihan dan pendampingan kepada BPRS. (KS-5)
Komentar