Rini Soemarno, Hadir untuk Negeri

HUT Ke-21 Kementerian BUMN

Menteri BUMN Rini Soemarno

KANALSATU - Menyongsong HUT Ke-21 Kementerian BUMN yang jatuh pada 13 April -2019, semarak peringatannya  sudah terasa kental di masyarakat. Misalnya Garuda Indonesia yang memberikan diskon harga tiket hingga 50% untuk seluruh rute penerbangan domestik, tanpa kecuali, langsung dirasakan masyarakat. 

Bukan hanya karyawan BUMN yang merasakan kebahagiaan peringatan harlahnya, tapi juga masyarakat.  Hampir semua BUMN memiliki kegiatannya sendiri-sendiri, mulai dari program korporasi terkait produk barang dan jasa – seperti dilakukan Garuda Indonesia,  juga ada kegiatan sosial seperti sembako murah dan pengobatan gratis.

Selain itu, pada momentum HUT Ke-21 ini, sebanyak 143 BUMN secara bersama membuka kesempatan kerja kepada 11.000 putra-putri terbaik Indonesia dengan berbagai strata. Kian meneguhkan keberadaan BUMN sangat terasa bagi kehidupan masyarakat. Bukti bahwa “BUMN Hadir untuk Negeri” bukan sekedar jargon.

Sejak Menteri BUMN dijabat Rini Soemarno, BUMN terus didorong  untuk dekat dengan kehidupan masyarakat, berkontribusi langsung terhadap kehidupan nyata, serta memberikan sumbangsih terbaiknya terhadap negeri.

Dibanding tujuh Menteri BUMN sebelumnya, pengalaman Rini jauh lebih lengkap. Baik di pemerintahan maupun di dunia bisnis. Sehingga lebih konprehensif dalam melihat struktur perekonomian dan jeli dalam menempatkan peran strategis BUMN. Hampir semua BUMN terlibat langsung pada proyek-proyek strategis nasional. 

Di bawah kepemimpinan Rini Soemnmarno,  BUMN tidak sekedar mengejar existensi bisnis dan pendapatan negara semata, tapi di pundaknya juga terbeban tanggung-jawab moral dalam memajukan kehidupan bangsa. BUMN juga diberi tugas strategik dalam penguatan ekonomi kerakyatan berbasis UMKM –  melalui program CSR dan PKBL. 

Menteri Rini menyadari bahwa bangunan ekonomi nasional bukan hanya dikontribusi oleh kegiatan usaha skala menengah dan besar saja, tapi UMKM juga menjadi salah satu backbone¬-nya. Sektor UMKM  mampu menyumbang GDP sebesar 63%, serta mampu menjadi mediator terbaik pada pencapaian angka gini ratio yang ideal. 

“Maka itu BUMN terus kami dorong untuk mengambil peran besar dalam memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis UMKM melalui aneka program CSR dan PKBL,” kata Rini Soemarno.

Bagi Rini, jabatan menteri adalah dedikasi, pengabdian dan tanggung-jawabnya kepada Tuhan YME – dalam memajukan kehidupan bangsa.  Rela mengorbankan tenaga, waktu, pikiran – terkadang juga perasaan.  Keinginannya menjadikan “BUMN Hadir untuk Negeri”, telah nyata dirasakan oleh bangsa dan rakyat.

Secara pribadi kehidupan ekonomi Rini sudah lebih dari cukup. Selain pebisnis, Rini juga seorang profesional sejati. Artinya jika berkegiatan di luar pemerintahan, tentu apa yang akan diperolehnya jauh lebih  besar berlipat-lipat. Tapi Rini tetap memilih mengabdikan dirinya pada proses pembangunan bangsa.

Menteri Rini yang lahir di Maryland, AS, 9 Juni 1958 ini telah banyak memberi gagasan besar bagi kemajuan BUMN. Terbukti kiprah BUMN terus meningkat dan sumbangsihnya terhadap negara kian besar, baik dari sisi dividen, pajak, penyerapan tenaga kerja, maupun keterlibatan BUMN pada penguatan fondasi ekonomi nasional melalui proyek-proyek strategis, serta atensinya yang besar dalam memajukan UMKM.

Meski demikian, Rini mengakui belum puas dengan sumbangsih BUMN terhadap negara. “BUMN masih berpeluang besar untuk lebih maju lagi. Bahkan mampu bersaing di percaturan bisnis internasional, sehingga keberadaannya bukan hanya berkontribusi nyata pada kehidupan bangsa, tapi juga bisa tampil sebagai icon martabat bangsa di mata dunia,” kata Rini.  

Terkait hal ini, Rini menggagas konsep besar untuk pengembangan korporasi BUMN ke depan melalui super holding sebagaimana dilakukan Malaysia dan Singapura. Sejatinya tidak subtantif apakah BUMN dikelola oleh lembaga semacam Kementerian seperti sekarang, atau seperti dulu pernah di bawah Pejabat Eselon II dan I di Kementerian Keuangan. Tapi melalui super holding, kata Rini, kiprah BUMN bisa lebih leluasa.

Menteri Rini mengakui banyak belajar dari keberhasilan Temasek di Singapura dan Khasanah di Malaysia, yakni dua super holding milik kedua negara tetangga yang sudah terbukti tumbuh besar dan mampu berkompetisi di panggung bisnis dunia – di banyak sektor usaha, seperti telekomunikasi, teknologi, investasi, jasa keuangan, transportasi, industri, property dan real estate, pertanian, energi, dan sektor strategis lainnya.

Holding usaha milik negara Singapura dan Malaysia itu aktif melakukan ekspansi bisnis ke banyak negara di banyak sektor usaha. Pada Tahun 2017,  kedua super holding itu berhasil mencatatkan pendapatan sangat besar. Misalnya Temasek Holdings membukukan net income US$32 miliar. Sedangkan Khasanah Nasional Berhad  sekitar US$37 miliar. Bandingkan dengan net income BUMN RI pada 2017 yang hanya US$13 miliar.

Menteri Rini tertantang untuk menjadikan BUMN RI seperti Temasek dan Khasanah yang berkiprah secara international.  Minimal sejajar. Latar belakang Rini Soemarno yang sebelumnya banyak berkecimpung mengurus korporasi besar nasional dan internasional,  tidak akan sulit merealisasikannya.

Konsep super holding, kata Rini,  keniscayaan di masa mendatang untuk penguatan BUMN. Juga keniscayaan untuk mengejar target efisiensi dan menaikkan ekuitas, sebagai prasyarat bersaing di pasar global. “BUMN RI ke depan harus bisa sejajar dengan Temasek dan Khasanah.”

Rini adalah Menteri BUMN pertama yang menggagas ditiadakannya Kementerian BUMN. “Saya ingin mentransformasi Kementerian BUMN menjadi super holding.  Namun tetap prioritas untuk kepentingan rakyat. Kita akan mirip seperti Khasanah. Kalau Temasek kan sepenuhnya untuk bisnis,” kata Rini.

Kombinasi kedua model super holding itulah (Temasek dan Khasanah ) – kata Rini,  yang diperlukan untuk penguatan BUMN ke depan. Bisnis tetap maju, tapi tetap berdayaguna bagi masyrakat. Dengan konsep super holding, perkembangan BUMN RI diyakini bisa lebih cepat, serta lebih mudah dalam membangun sinergi dengan korporasi besar di banyak negara maju.

Pengalaman Rini sebagai CEO di Grup Astra yang membawahi 158 perusahaan, tentu tidak sulit kalau hanya mengelola 143 perusahaan pelat merah dalam satu holding. Selain kaffah di sektor jasa keuangan, perdagangan dan investasi, Rini juga menguasai aneka sektor riil seperti otomotif, agribisnis, konstruksi & properti, infrastruktur, logistik, serta aneka industri lainnya. Artinya, konsep super holding bukan hal baru bagi seorang Rini Soemarno.

Meski konsep super holding merupakan tuntutan zaman, namun gagasan besar Rini selalu terhadang oleh dinamika politik. Tidak sedikit politisi yang menuduh konsep super holding tidak sesuai dengan konstitusi, meski tuduhan itu sendiri tidak memiliki dasar pemikiran yang kuat. 

Padahal, melalui super holding – sesungguhnya – tidak akan mendistorsi jati-diri BUMN. Justru sebaliknya akan memperkokoh secara bisnis dan bisa lebih berdayaguna bagi masyarakat.  Karena langkah super holding bisa lebih lincah, lebih fleksibel – tanpa bayang-bayang dan hiruk pikuk politik.

Tapi Menteri Rini memilih diam atas reaksi kalangan politisi tersebut – dengan keyakinan tetap harus teralisasi di masa mendatang. Karena sudah menjadi kebutuhan zaman.  Tengok saja bagaimana Temasek dan Khasanah menancapkan kuku bisnisnya ke banyak negara. Misalnya Temasek yang terus memperbesar share-nya di perusahaan energi kelas dunia asal Spanyol yakni Repsol. Tidak harus membangun sendiri unit-unit bisnisnya, tapi bisa sinergi dengan sejumlah korporasi besar kelas dunia. 

Di sektor keuangan, misalnya, Temasek terbukti masuk ke banyak perusahaan bank besar, seperti Standard Chartered Bank, DBS Bank, ICBC dan sejumlah bank besar lainnya. Bahkan Temasek pernah menguasai saham Bank Danamon di Indonesia sebelum akhirnya dijual ke Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Limited.

Di hampir semua sektor usaha, bukan hanya di kawasan asia, Temasek banyak bercokol – baik sinergi investasi maupun sinergi mega proyek di seluruh dunia.

Begitu juga kiprah Khasanah Nasional Berhad . Super holding ini di beberapa negara Asia, termasuk di Indonesia masuk ke beberapa sektor bisnis, terutama keuangan dan perkebunan. Misalnya Khasanah pernah menjadi mayoritas di Bank BII, CIMB Niaga dan Bank Bumiputera

Namun keberadaan super holding  milik Malaysia  ini tidak hanya berbisnis murni sebagaimana Temasek, tapi juga membuka ruang yang luas bagi kepentingan masyarakat dan pengusaha lokal untuk bekerjasama bisnis, sehingga keberadaannya sangat dirasakan manfaatnya.

Di bawah kepemimpinan Rini Soemarno, Kementerian BUMN sebetulnya sudah memulai dengan konsep holding – yang pengelompokannya didasarkan pada kemiripan sub-bidang usaha, sebagai prasyarat terbentuknya super holding ke depan.

Menteri Rini yang dikenal tangguh dalam memperjuangkan impian – yang diyakininya untuk kepentingan bangsa, seolah jaminan konsep super holding  bagi BUMN tidak lama lagi bakal terbentuk. Rini memiliki pergaulan internasional yang luas,  karena sejak usia anak-anak sudah banyak menghabiskan waktunya di luar negeri, sehingga lebih paham mengenai kebutuhan dan dinamika  bisnis secara global. 

Rini sempat berkarir di Citibank sebelum pindah ke Astra International. Di pemerintahan, Rini pernah menjabat Wakil Kepala BPPN dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Sederet pengalaman Rini itu cukup membuatnya lebih paham soal tuntutan jaman. 

Konsep holding  usaha milik negara sudah lazim di banyak negara, termasuk di China. Bahkan Negeri Tirai Bambu ini – telah berhasil membawa “BUMN setempat”  mencengkeram aneka bisnis internasional. Taruhlah misalnya, Sinopec Group, China National Petroleum, State Grid  yang banyak bergerak dibidang suplai energi, transportasi dan farmasi. Juga ada Industrial & Commercial Bank of China (ICBC), China Costruction Bank, Agricultural Bank of China, China Mobile Communications, China Railway Engineering, China National Offshore Oil dan banyak lainnya.

Gagasan Menteri Rini sudah benar. Tinggal bagaimana merealisasi konsep besar itu dalam waktu yang  tidak terlalu lama. Sehingga diperlukan dukungan banyak pihak agar pembentukan sejumlah holding yang sudah dirintis olehKementerian BUMN bisa berjalan mulus, sebagai prasyarat pembentukan super holding di masa mendatang.

Rintisan Awal 

Meski belum membentuk super holding, Kementerian BUMN di bawah kopemimpinan Menteri Rini Soemarno telah mengkonstruksi sejumlah holding yang pengelompokannya disesuaikan dengan sub bidang usahanya. Sebagai rintisan awal super holding. Hasilnya luar biasa. Terjadi peningkatan kinerja dan peningkatan ekuitas secara signifikan. Bahkan respon bursa saham atas sejumlah emiten holding BUMN, sangat baik. 

Memang, sebelumnya sudah ada sub-holding BUMN sesuai sub bidang usahanya — yang telah existing. Hanya perlu kecepatan dalam pengelolaannya. Menteri Rini – dengan segala kemampuannya – mampu memaksimalkan  kinerja holding yang sudah ada. Misalnya  PT Semen Indonesia Tbk yang mengkoordinasikan  sejumlah industri semen, diantaranya Semen Gresik, Semen Tonasa, Semen Padang,  Tanglong Cement di Vietnam, serta  pabrik semen Bangun Solusi Indonesia (BSI).

Juga ada holding pupuk,  yakni PT Pupuk Indonesia yang mengkonsolidasi  sejumlah perusahaan pupuk seperti PT Pupuk Kalimantan Timur,  PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri). Juga ada bidang perkebunan yang menjadikan PTPN III sebagai holding – yang mengkonsolidasi lahan perkebunan jutaan hektar dengan aneka kebun sawit, tebu, karet, teh, kopi, kakao, dan tembakau. Selama ini Rini dikenal memiliki concern yang besar terhadap sektor perkembunan dan industri pupuk nasional.

Semua (sub) holding BUMN itu nantinya menjadi semacam embrio untuk disatukan lagi ke dalam wadah besar super holding.  "Holding itu memperkuat BUMN untuk bisa terus berkembang tanpa harus bergantung pada anggaran negara," kata Rini.

Menteri Rini telah membentuk holding bidang migas, dan menjadikan Pertamina sebagai holding dengan meleburkan Perusahaan Gas Negara (PGN) ke dalamnya. Sehingga semakin kokoh di bidang bisnis migas, hulu – hilir. 

Holding BUMN bidang tambang,  juga sudah dibentuk. PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) ditetapkan sebagai holding  yang mengkonsolidasikan usaha-usaha PT Aneka Tambang, PT Bukit Asam, PT Timah,  serta kepemilikan sebagian saham di PT Freeport Indonesia

Begitu BUMN tambang digabung ke dalam holding Inalum, aksi korporasi besar langsung digaungkan oleh INalum, termasuk diantaranya target mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia yang berasal dari saham milik Freeport McMoran dan Rio Tinto – meski proses tidak mudah.

Kementerian BUMN juga mempersiapkan holding bidang Infrastruktur,  serta holding bidang perumahan dan pengembangan kawasan. PT Hutama Karya akan didapuk sebagai holding bidang infrastruktur yang mengkonsolidasikan bisnis PT Jasa Marga, PT Adhi Karya, PT Waskita Karya, PT Yodya Karya, dan PT Indra Karya

Pembentukan holding  semata untuk menciptakan BUMN besar, kuat, independen  dan lincah dalam mengakselerasi pembangunan infrastruktur nasional. Juga diharapkan dapat meningkatkan kompetensi, akses dan kapasitas pendanaan,  serta mengambil peran besar sebagai integrator pembangunan infrastruktur. 

Sedangkan untuk bidang perumahan dan pengembangan kawasan, skenarionya akan menjadikan Perum Perumnas sebagai holding dengan mengkonsolidasi bisnis PT Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan, PT Virama Karya, PT Amarta Karya, PT Indah Karya, dan PT Bina Karya.

Sementara potensi lain yang bisa didorong untuk dibentuk holdingnya adalah sektor pelabuhan yang beranggotakan PT Pelindo I, II, III, dan IV. Begitu juga kemungkinan dibentuknya holding pelabuhan udara yang beranggotakan PT Angkasa Pura I dan II.  Sehingga nantinya jumlah BUMN menjadi sedikit, karena keberadaannya sudah banyak berubah menjadi perusahaan anak.

Langkah Menteri Rini tidak hanya sebatas mendorong BUMN bisnis an-sich agar menjadi besar dan profesional, tapi juga menempatkan BUMN sebagai salah satu backbone untuk ketahanan perekonomian nasional. Misalnya  terus meningkatkan target setorannya ke APBN termasuk pajak, menghidupkan pasar modal dengan memperbanyak emiten BUMN, dan memperluas peneyerapan tenaga kerja,

Menteri Rini juga menginstruksikan kepada seluruh jajaran direksi BUMN bidang industri strategis untuk bergiat ekspor dan meminimilkan barang dan mesin impor, sebagai upaya menyumbang penghematan devisa di tengah lemahnya neraca perdagangan.

“Ini sangat penting dilakukan ketika nilai tukar rupiah terus tertekan. Jika mesin dan bahan baku tersedia di dalam negeri, BUMN dilarang impor. Kita jaga betul supaya dollar-nya disimpan,"  kata Rini.

Sementara itu, sejumlah BUMN yang didorong aktif melakukan ekspor diantaranya PT Industri Kereta Api, PT Pindad, PT Krakatau Steel, PT Barata Indonesia dan PT Dirgantara Indonesia. “Kementerian BUMN akan terus menjaga komitmen ini untuk menopang penguatan nilai tukar rupiah melalui ekspor dan pembatasan impor.”

Dalam jangka pendek, PT Pindad dijadwalkan ekspor produk senjata, amunisi dan kendaraan tempur ke Korea Selatan, Thailand, Brunei, Myanmar dan Perancis. PT INKA akan ekspor gerbong kereta api ke Filipina dan Bangladesh. PT Krakatau Steel akan ekspor baja hot rolled coil ke Malaysia dan Australia, PT Barata akan ekspor komponen perkeretaapian ke Amerika, Afrika dan Australia. Sementara PT Dirgantara akan ekspor pesawat NC212i ke Filipina dan CN235 ke Vietnam. 

Menteri Rini juga menginstruksikan kepada seluruh jajaran direksi BUMN agar penyaluran CSR dan PKBL lebih difokuskan kepada aspek penguatan UMKM. Selain itu, juga menginstruksikan dilakukannya Sinergi Antar BUMN.  "BUMN harus bersinergi yang terangkum dalam semangat One Nation, One Vision,  One Family for Excellence,” kata Menteri Rini.

Rini sebagai Menteri BUMN selalu menekankan aspek profesionalitas kepada direksi dan seluruh jajaran BUMN. Karakter sebagai pengusaha sangat kuat dalam hal efisiensi.  Bahkan Rini pernah punya gagasan untuk menjual gedung kantor Kementerian BUMN karena dianggap terlalu besar dan pemborosan, tapi justru dituding suka jual aset negara. 

Banyak tulisan miring dibuat oleh pihak yang tidak senang kepada Menteri Rini – yang kemudian di broadcast secara berantai melalui media sosial. Selalu bernada sumbang,  Pernah ada tulisan yang sempat viral di medsos menuduh Menteri Rini menggadaikan aset negara yakni tiga Bank BUMN (Mandiri, BRI, BNI) karena bank pelat merah itu mendapat pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar US$3 miliar.

Pinjaman dari CDB itu dikesankan sebagai inisiatif Menteri Rini dan dituding telah membuka peluang asing (China /CDB) untuk nantinya masuk lebih jauh ke dalam tiga bank milik negara tersebut. Bahkan sudah diasumsikan, nantinya ketiga bank pelat merah itu akan mengalami gagal bayar (default) sehingga menjadikan CDB (China)  bisa lebih jauh mengambil-alih dan mengatur  perbankan nasional, yang ujungnya diasumsikan bisa menguasai  perekonomian nasional. Nah loh.

Bangunan asumsi yang beredar di medsos itu nampak makin dangkal ketika kebijakan berhutang ke CDB China itu disamakan  dengan menambah nilai total hutang RI ke pemerintah Tiongkok. Bagaimana ceritanya hutang korporasi (bank) lantas dikaitkan dengan hutang pemerintah. 
Padahal tugas perbankan sudah jelas, yakni sebagai intermediator antara DPK (deposan, giro, tabungan) dengan kredit. Pinjaman dari CDB yang dikesankan dimotori oleh Menteri BUMN itu seharusnya dinilai sebagai terobosan positif di tengah rendahnya persepsi asing terhadap investasi di Indonesia. 

Dunia usaha butuh kucuran kredit, dan ketiga bank BUMN butuh dana untuk dikucurkan, sedangkan CDB meminjami US$3 miliar. Ini kan justru positif. Tapi Menteri Rini memilih diam tidak berkomentar apapun di media massa terkait tudingan miring mengenai pinjaman dari CDB. “Saya hanya ingin mengabdi kepada negara,” kata Rini. (Lutfil Hakim)

Komentar