Puslatnas Panahan Pindah Surabaya

Proyeksi Asian Games 2018

Menpora Imam Nahrawi, mencoba busur panah saat meninjau persiapan Puslatnas Asian Games 2018 cabor Panahan di Lapangan Panahan Senayan Komplek GBK

KANALSATU – Pelatih cabang olahraga (cabor) panahan nasional, Denny Trisyanto mengemukakan, training camp Pemusatan Latihan Nasional (Puslatnas) Asian Games 2018 akan berpindah ke Surabaya. Menurutnya, pemindahan itu lantaran lapangan panahan Senayan komplek GBK, harus disterilkan untuk persiapan gelaran event olahraga se Asia.

“Pemindahan akan berlangsung selama dua puluh hari, terhitung sejak 1 Juli hingga 20 Juli. Tapi setelah itu kami pindah lagi ke Mekarsari Jawa Barat, sampai kami kembali lagi ke wisma atlet,” tutur Denny, Selasa (5/6/2018).

Denny yang juga Ketua Umum Pengprov Perpani Jawa Timur (Jatim), menyatakan pemindahan kedua di  Mekarsari Jawa Barat setelah dari Surabaya, agar kosentrasi atlet tenang dan fokus.

"Dan saya tak mau bertemu lawan terlebih dahulu. Yang penting nanti semua urusan lapangan ini saya selesaikan dahulu. Di sana nanti sudah H-65 Hari, 6 minggu kan ya, itu nanti psikologinya sudah tinggi, jadi saya butuh 6 minggu untuk latihan pernapasan, meditasi, sosialisasi, akurasi sasaran lebih intens," imbuhnya.

"Termasuk soal ketenangan dan fokus juga. Karena melepas panah itu kan suatu keputusan, satu keputusan itu atlet harus bisa membaca iklim, menyatukan feeling, otot-ototnya. Kalau keputusannya masih muter-muter, itu akan jauh lepasnya. Ini suatu keputusan yang harus diambil oleh atlet ini adalah salah satu dari 9 step pemanah."

Denny optimistis dengan program dan sistem kepelatihan yang dijalankan timnya bisa bersaing di multievent selevel Asia.

"Di panahan juara dunia itu di Korea, ini memang berat tapi kan taruhannya memang panjang. Ketika nanti kita tak dapat medali yang ditargetkan dana yang ke PP kan dipotong. Kemudian kredibilitas saya, tim saya, dan Nur Fitriana sang peraih Olimpiade itu juga bisa dipertanyakan. Makanya ini saya anggap tantangan."

"Tidak apa-apa orang nggak berani jawab tantangan ini, tapi saya berani dengan tim, karena juara itu by design karena saya sudah punya sistem pembinaan. Artinya ketika saya ikuti sistem itu, hasilnya sudah jelas, progresnya kelihatan," pungkas Denny. (ks-6)

 

Komentar