Balap Sepeda Bromo KOM Challenge 2018

KANALSATU —Even sepeda menanjak paling bergengsi di Indonesia, Antangin Bromo KOM Challenge 2018, bakal diselenggarakan di Pasuruan, Jawa Timur, pada Sabtu, 21 April 2018.

Even ini menggabungkan dua elemen seru: Ajang balap alias kompetitif plus ajang fun climb rame-rame menanjak ke Wonokitri, di sekitar Bromo.

            Sebanyak 500 cyclist telah mendaftarkan diri di even yang diselenggarakan oleh Azrul Ananda School of Suffering (AA SoS), Mie Bola Mas, dan OtakOtak Event Organizer ini. Mereka mewakili sejumlah negara dan total 70 kota di berbagai penjuru Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 40 persen mengikuti lomba, 60 persen akan bergabung di peloton fun climb non-kompetitif.

            Rute even tidaklah panjang, “hanya” 40 km. Tapi mayoritasnya adalah menanjak. Total, peserta akan naik ke ketinggian 2.000 meter di Wonokitri. Semua peserta akan menggunakan timing chip, sehingga catatan waktu mereka akan tercatat secara otomatis.

            Antangin Bromo KOM Challenge 2018 merupakan evolusi dari even-even menanjak ke Bromo sebelumnya. Mulai 2018 ini, elemen kompetisi menjadi atraksi penting, menyediakan hadiah terbesar di Indonesia untuk even serupa. Peserta kompetisi akan terbagi dalam berbagai kategori. Laki-laki dan perempuan, masing-masing level elite (atlet) plus sejumlah kelompok umur (hingga 50 tahun ke atas).

Di kategori elite, ternyata even ini mampu mengundang minat para pembalap terbaik di tanah air. Nama-nama besar cycling Indonesia akan unjuk gigi. Sebut saja Hari Fitrianto, Robin Manullang, Dadi Suryadi, Aiman Cahyadi, dan Warseno.

Sejumlah prestasi nasional dan internasional, termasuk medali emas SEA Games, adalah milik nama-nama tersebut.

Hari Fitrianto kali ini akan mewakili NEX CCN Cycling Team. Tinggal di Jawa Timur, dia belakangan terus berlatih menanjak ke Bromo, benar-benar menghafalkan rute even 21 April nanti.

Dia ngotot, karena ada alasan kuat selain hadiah yang membuat Hari ikut Antangin Bromo KOM Challenge 2018. “Sekaligus sebagai pemanasan menghadapi Tour Sri Lanka pada 27 April,” ungkapnya.

Dari Yogyakarta, Robin Manullang akan hadir mewakili MULA Cycling Team Yogyakarta. Sebelum ke Pasuruan, pada 13-15 April ini Robin lebih dulu tampil di Tour de Lombok.

 “Saya dan tim melihat bahwa ini adalah kompetisi yang bagus. Tujuannya hanya satu: Nanjak! Tidak perlu repot memikirkan strategi. Saya sudah punya gambaran akan melakukan ‘attack’ di kilometer berapa.

Eksekusinya nanti tergantung situasi,” tutur pemegang medali emas time trial di SEA Games Singapura 2015 tersebut.

            Dadi Suryadi, rekan setim Robin, menambahkan kalau tanjakan Bromo itu berat untuk siapa pun, termasuk atlet elite. Walau jarak resmi lomba hanya 25 km (dari titik KOM Start ke Finish), semua tidak boleh meremehkan.

            “Bromo ini yang pasti tidak boleh attack di awal. Harus hemat tenaga. Apalagi tanjakan terakhir ke finish-nya serem,” tandasnya.

            Dari Jawa Timur lagi, tim BRCC (Banyuwangi Road Cycling Community) binaan Guntur Priambodo akan mengejar juara di berbagai kelas. “Sebagai tim balap, kami wajib mengikuti even keren ini. Apalagi beberapa tim balap hadir, sehingga kami juga bisa mengukur kemampuan,” ujarnya.

Warseno, salah satu andalan BRCC, siap mengharumkan nama klub. “Baru kali ini even climbing serius dibagi kelas sehingga atlet juga bisa seimbang lawan tandingnya,” tutur climber yang akan turun di kelas Men Elite.

Menurut juara tiga Kejurnas ICF seri 2017 di Bandung ini, tanjakan Bromo termasuk paling ditakuti oleh goweser se-Indonesia. Termasuk atlet. “Nggak curam tapi panjangnya itu yang membuat kita harus menata manajemen diri,” tukasnya.

Warseno sangat tertantang dengan lawan-lawan yang merupakan atlet beken Indonesia. “Lawannya berat, tapi sepadan dengan hadiahnya yang cash langsung,” pungkas Warseno, yang berharap Bromo KOM Challenge bisa diadakan tiap tahun.

Di kelas Men Elite sendiri, hadiah juara pertama adalah Rp 10 juta tunai. Ini merupakan hadiah tertinggi untuk even serupa di Indonesia.

Sementara itu, bagi ratusan peserta yang ikut peloton non-kompetitif, bukan berarti mereka bisa santai. Panitia menetapkan time limit empat jam (plus toleransi 15 menit untuk peserta perempuan), untuk mencapai Wonokitri. Mereka yang bisa menuntaskan rute sesuai batasan waktu akan mendapatkan medali finisher.

“Peserta non-kompetitif akan mendapatkan pengawalan dari road captain dan marshal. Serta disediakan dua area feed zone untuk mengisi botol minum dan menikmati snack,” kata Azrul Ananda, penggagas even climbing ke Bromo. “Selama ini, even menanjak ke Bromo adalah acuan even-even serupa lain di Indonesia. Semoga format baru 2018 yang memasukkan elemen kompetisi akan membuat even ini lebih bergengsi lagi,” tambahnya.

Pada 21 April nanti, even akan start di GOR Untung Suropati Pasuruan. Rangkaian acara sudah dimulai sejak pukul 06.00 WIB, disusul sign on peserta lomba pada 07.00, dan start bersepeda pada 08.00. Untuk keselamatan semua, rombongan lomba dan peloton non-kompetitif akan start terpisah.

Even ini didukung oleh sejumlah sponsor. Antara lain Antangin, Citicon, Honda Surabaya Center, Parasol, O’Donut, dan Hotel Horison Pasuruan serta didukung oleh Korlantas Polri. SUB Jersey ikut serta sebagai official jersey. (ks-6)

 

Komentar