Pengamat : Inflasi rendah tetap perlu diwaspadai

Pengamat ekonomi Samuel Asset Management, Lana Soelistyaningsih pada Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia, Senin (20/11/2017) di Grand Sahid Jaya, Jakarta.

KANALSATU – Tingkat inflasi yang rendah tetap perlu diwaspadai. Karena tren penurunan inflasi justru bisa ditengarai sebagai melambatnya ekonomi yang berimbas pada penurunan daya beli dan permintaan.

Saat ini, tingkat inflasi Indonesia berada di kisaran 3 persen. ”Inflasi rendah tidak selalu bagus. Jangan-jangan daya beli yang turun,” kata Pengamat ekonomi dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistyoningsih pada Pelatihan Wartawan Daerah Bank Indonesia di Jakarta, Senin (20/11/2017).

Ia menuturkan, inflasi Indonesia pada Oktober 2017 tercatat 0,01 persen (mtm/month to month), di bawah rata2 Bulan Oktober sejak 2009. Ada potensi daya beli melemah seiring dengan pendapatan nasional yang mencatatkan pertumbuhan melambat.

Selain itu, ada indikasi menurunnya inflasi karena menurunnya pendapatan (daya beli melambat), efek dari perlambatan ekonomi. Turunnya inflasi karena menurunnya sisi permintaan
 
”Daya beli yang lemah menjadi masalah struktural terkait dengan sisi supply. Kemudian adanya penurunan jam kerja, naiknya pekerja informal dan adanya penurunan harga komoditas di daerah, antara lain batubara dan kelapa sawit,” kata Lana.

Mengenai tren penjualan ritel yang terjadi belakangan ini, Lana menuturkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Tidak sekedar penurunan daya beli namun juga adanya digital effect atau online. Meskipin di tahun 2016, transaksi secara online masih kecil dengan nilai 5,86 miliar dolar AS atau sekitar 1,2 persen dari ritel konvensional atau online.

”Juga ada perubahan gaya hidup menjadi experienced-base, efek dari instagram, yang pamerism, narsism. Kelas menengah menunda pembelian, menabung lebih banyak, untuk melakukan experienced base consumption setiap akhir tahun,” ungkap Lana. Sementara di lapangan juga ada over supply mal. Jumlah mal banyak, ketersediaan mal di daerah penyangga kota besar juga mulai ada.

Sementara biaya biaya sewa mal yang mahal. Adanya perpindahan dari landed house ke apartment, yang membuat penurunan ukuran konsumsi karena arena keterbatasan ruang.

”Kesimpulannya selain daya beli yang turun, inflasi bersumber dari sisi permintaan. Kebijakan pemerintah dalam stabilisasi harga membuat ‘harga terjangkau’ melalui HET di tengah daya beli yang melemah, tetapi perlu dipertimbangkan dampak negatifnya bagi dunia usaha,” ungkap Lana.

Pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengenalkan aplikasi SiHaTi untuk mengendalikan inflasi di wilayahnya. ”Kami pantau lewat aplikasi ini yang tiap hari harus update di berbagai daerah di Jawa Tengah. Sehingga inflasi masih terpantau dibawah nasional dan pertumbuhan ekonomi Jateng diatas nasional,” kata Ganjar.

Ganjar juga menambahkan, pihaknya juga mendapat pendampingan dari BI untuk pengembangan dan penstabil harga bawang Brebes. Jateng menjadi produsen terbesar bawang merah dan cabai merah yang sudah diekspor ke berbagai daerah.

”Salah satunya terbesar ke Sumatera Barat,” kata Ganjar.
(KS-5)

Komentar