Sembilan Cabor Terancam Tak Dipertandingkan

Asisten Gubernur Secara Simbolis Memukul Gong Dalam Pembukaan Rapat Anggota KONI, Disaksikan Jajaran Pengurus KONI Jatim

KANALSATU – Dalam Rapat Anggota KONI Jatim 2017, Ketua Umum Erlangga Satriagung mengatakan, sedikitnya 9 cabang olahraga (cabor) terancam tidak dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2020, Papua.

"Ada surat edaran dari KONI Pusat yang menjadi acuan KONI Jatim dalam menggelar Puslatda. Surat edaran itu menyebutkan sampai saat ini cabor yang dipertandingkan di PON Papua sebanyak 37 cabor," kata Erlangga, Selasa (11/7).

Secara rinci, Erlangga menjelaskan dari 37 cabor tersebut, ada beberapa cabor yang berhasil meraih medali emas di PON XIX 2016, Jabar terancam tidak dilagakan di PON Papua. Yakni, squash, tarung derajat, dansa dan berkuda. Cabor ini termasuk di dalam sembilan cabor yang terancam absen tersebut.

Adapun enam cabor lainnya, yaitu balap motor, drumban, pentaque, arum jeram dan woodball. "Jika tidak dilagakan di PON Papua, maka sembilan cabor itu bisa tidak bisa mengikuti program Puslatda," sergahnya.

Menurutnya, masuk tidaknya cabor tersebut dilombakan PON Papua, kuncinya ada ditangan PB masing-masing cabor. Sebab, jika mengacu pada surat edaran KONI Pusat dan PB PON Papua, jumlah cabor yang dipertandingkan masih mungkin bertambah.

"Masing-masing PB bisa berbicara dengan tuan rumah. Karena itu, saya berharap Pengprov cabor Jatim bisa aktif menanyakan ke PB. Targetnya ya harus masuk. Biasanya, tuan rumah juga minta nego kepentingan mereka," katanya.

Selain mengacu pada cabor yang dilombakan di PON Papua, Erlangga menyebut atlet yang direkut di Puslatda adalah hasil perolehan medali di PON Jabar. "Atlet yang berprestasi di PON Jabar pasti masuk puslatda," tegasnya.

Bukan itu saja, KONI Jatim juga mensyaratkan pelatih bersertifikat yang menangani atlet puslatda. Syarat ini harus dipenuhi oleh seluruh cabor yang mengikuti puslatda dalam rangka meningkatkan prestasi atlet.

"Bagi cabor yang tidak menyerahkan sertifikat pelatih, maka harus mengikuti bintek. Hal ini untuk memfokuskan dan menguatkan kinerja pelatih puslatda. Nanti, KONI akan membentuk badan khusus yang akan membantu sertifikasi pelatih dan studi atlet," tuturnya.

Untuk menguatkan sistem Puslatda, lanjutnya, maka setiap atlet wajib mengikuti tes fisik dan kesehatan. Dari data yang ada, banyak fisik atlet yang turun. Mereka diberi kesempatan tiga bulan ke depan untuk meningkatkan fisiknya di Puslatda. (ks-6)

 

 

Komentar