Aksi Korporasi

Oleh Lutfil Hakim *

Kiat, dalam kamus besar bahasa Indonesia,memiliki arti “seni atau caramelakukan”. Lebih ke arah taktik dan strategi. Sebuah upaya menciptakan kondisi menjadi lebih baik. Dalam dunia bisnis, Kiat bisa bermakna kreativitas, terobosan, atau tahapan manajerial cerdik ke arah penguatan fondamen perusahaan ke depan.

Kiat mengandung unsur kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan secara cepat & tepat. Tapi berbasis perhitungan yang cermat. Bukan spekulatif. Ada visi – misi di situ. Banyak korporasi multinasional menjadi besar karena memahami momentum, dan mengambil tindakan besar pada momentum tertentu. Kiat dalam konteks ini adalah aksi korporasi.

McDonalds Corporation, misalnya, tidak akan sebesar sekarang andai Ray Kroc,  tidak putar haluan diversifikasi usaha restauran cepat saji burger &sandwich, dari sebelumnya bisnis milkshake. Asalnya, Ray Kroc mengusulkan kepada pendiri McDonalds, yakni Richard dan Maurice McDonald, agar menerapkan sistem waralaba (frenchise).

Kroc akhirnya berhasil membeli saham McDonald’s Corporation, setelah sebelumnya menjadi franchisee(pemegang franchise) pertama McDonald’sselama tujuh tahun di Des Plaines, Illinois, USA.Kroc kemudian membuka sejumlah outlet McDonald’s di banyak kota di USA, dan memperluas jaringan ke banyak negara. Jadi, Richard dan Maurice McDonald (pendiri)  yang memiliki visi atau Kiat menjadikan McDonalds sebagai restauran cepat saji, tapi Ray Kroc lah yang punya misi atau Kiat waralaba menjadikan outlet McDonalds ada di mana-mana (kini di 119 negara dengan 33.510 outlet).

Kiat adalah memanfaatkan momentum secara cepat dan tepat. Perusahaan yang sudah besar seperti PT Indofood Sukses Makmur, pun kerap melakukan tindakan besar dengan konsekwensi nilai investasi yang besar pula. Tujuannya adalah penguatan fondasi korporasi ke depan.
Indofood pada 2014 berhasil mencatat laba bersih Rp3,88 triliun atau naik 55,2%. Itu terjadi setelah sebelumnya melakukan keputusan besar,yakni mengakuisisi sejumlah perusahaan. Ada juga joint venturemembangun pabrik baru.Indofood berkongsi dengan Tsukishima Food Industry Co Ltd membentuk perusahaan margarin. Juga menuntaskan transaksi atas semua saham PT Pepsi-Cola Indobeverages. 

Pada tahun yang sama, Indofood juga mendirikan industri makanan berbahan baku ikan.Kemudian mengakuisisi usaha Grup Tirta Bahagia yang bergerak di sektor AMDK, dan berpatungan dengan JS Comsa Corporationmembangun industri makanan berbasis tepung adonan.Kiat itu diambil, karena Indofood membaca peluang , ada kesempatan, dan punya harapan besar di masa mendatang.

Kiat atau aksi korporasi adalah cara mengubah kondisi usaha yang mapan statis menjadi dinamis optimistik. Grup Wings Surya, misalnya, sudah cukup mapan walau produknya hanya  “sabun colek” merek Wings. Grup ini sudah menguasai pasar deterjen, saat itu. Namun generasi penerus kelompok usaha ini melakukan kreativitas atau Kiat melahirkan aneka produk toiletries, seiring kian kompleknya kebutuhan konsumen.

Wings Group kemudian bukan hanya kaffah di sektor deterjen, tapi juga agresif menelorkan aneka produk toiletries dengan  aneka merek seperti Giv, Ciptadent, Mama Lemon, So Klin, Daia, dan lainnya. Juga ada merek Smile-Up, Hers Protec, Kodomo, bahkan So Klin sudah ada derivasi variannya yakni So Klin Matic dan So Klin Tenaga Surya. Pendeknya Wings siap melayani konsumen dan siap meladeni pesaingnya. Produknya kini sudah beredar di 90 negara.

Grup Wings juga merambah bisnis properti, perbankan, perkebunan, oleo chemical, dan keramik. Di industri oleo chemical, Wings Surya berkongsi dengan Grup Salim dan Grup Lautan Luas lewat PT Ecogreen. Bisnis Wings Surya semakin lengkap dengan kehadiran perusahaan packaging, PT Unipack, yang merupakan hasil kongsi dengan PT Djarum.

Kiat yang dilakukan oleh Wings Group lazim dilakukan korporasi besar lain dalam membangun tahapan bisnisnya, seperti Lippo Group yang tadinya berbasis usaha perbankan, kini justru besar di bidang properti, rumah sakit, dan media massa. Begitu juga PT Djarum dari industri sigaret ke properti dan perbankan. PT Astra International dari sektor otomotif ke plantation dan finance.

Bahkan tidak sedikit perusahaan menjadi besar namanya justru saat ekspansi ke sektor usaha di luar core business-nya. PT Bhakti Investama yang terlahir sebagai perusahaan underwriter dan fund manager, kini justru moncer berkibar-kibar di sektor media massa (Grup MNC) dan finance.
Praktek hostile takeover, konsolidasi perusahaan, revitalisasi, akuisisi, restrukturisasi, diversifikasi, initial public offering, dan joint venture (kongsi) adalah bagian dari aksi korporasi atau Kiat memperkokoh korporasi. Tindakan manajemen seperti itu juga lazim terjadi di usaha-usaha milik negara (BUMN). 

Kini BUMN aktif melakukan aksi pembuatan holding korporasi. Dari total BUMN tadinya 141 perusahaan, akibat kebijakan tersebut kini menjadi 119 perusahaan. Artinya sebanyak 22 perusahaan berubah statusnya menjadi anak BUMN. Apakah ini termasuk Kiat, atau sekedar pengelompokan usaha. Sepanjang itu dimaksudkan untuk efektivitas dan efisiensi, maka langkah manajemen seperti itu bagus. 

Namun jika BUMN tertentu lantas membawahi sejumlah perusahaan anak yang basic sektor usahanya berbeda, maka langkah ini harus hati-hati dan perlu mendapatkan intensitas kontrol yang kuat. Karena secara kultur dan pengalaman pasti akan berbeda. 

Misalnya PTPN III yang selama ini menggarap komoditas non gula, tapi kini seluruh BUMN gula disatukan dalam tubuh PTPN III. Kementerian BUMN nampaknya perlu menkaji untuk menjadikan usaha-usaha pabrik gula dalam satu BUMN, misalnya diberi nama BUMN  Gula. Jika korporasi swasta aktif melakukan kiat melalui diversifikasi, sebaliknya BUMN seharusnya fokus saja dalam satu bidang garapan yang sama dan atau hampir sama (mirip).

Begitu juga sektor-sektor yang lain. Seluruh usaha rumah sakit yang dimiliki oleh BUMN seharusnya disatukan saja dalam satu wadah baru berupa BUMN, misalnya diberi nama BUMN Kesehatan. Jika perlu holding rumah sakit ini juga membawahi semua BUMN sektor farmasi (BioFarma dan KimiaFarma). Begitu juga yang lainnya, seperti sektor keuangan non bank harus dipisahkan dengan BUMN perbankan. Supaya lebih fokus dan kuat, sebagai leader pada sektor usaha tertentu karena statusnya yang milik negara.

BUMN sektor konsultan investasi (Bahana Securities dan Danareksa) – termasuk yang dimiliki oleh BUMN bank (Mandiri  Sekuritas, BRI Sekuritas) seharusnya disatukan saja dalam satu wadah BUMN sendiri yang semuanya bergerak di sektor investment. Aksi korporasi BUMN nampaknya perlu diperluas dalam kerangka kreativitas, efektivitas, dan  efiensi agar lebih fokus, kuat dan besar, serta bisa memaksimalkan perolehan pendapatan, sehingga setoran BUMN ke APBN bisa  lebih meningkat.(*)

* Lutfil Hakim, pemimpin Redaksi kanalsatu.com

Komentar