Fachri Firmansyah, mantan punggawa Timnas jadi security
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: getimagesize(http://kanalsatu.com/images/20160611-42008_531.jpg): failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.0 404 Not Found
Filename: models/post_model.php
Line Number: 248
A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: getimagesize(http://kanalsatu.com/images/20160611-42949_71.jpg): failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.0 404 Not Found
Filename: models/post_model.php
Line Number: 248
KANALSATU – Habis manis sepah dibuang. Itulah kata-kata yang pas untuk menggambarkan perjuangan Fachri Firmansyah, mantan punggawa Timnas U-19 B yang kini harus hidup merana berjuang menata kembali hidupnya akibatnya mimpi untuk menjadi pesepakbola profesional kandas di tengah jalan karena cidera ligamen lututnya saat membela Timnas di Piala Cotif Spanyol 2014.
Ya, dua tahun sudah pasca operasi lutunya, kini Firman sebutan akrabnya masih belum bisa bermain normal layaknya pemain sepakbola lainnya. Demi menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, mantan pemain Sriwijaya U21 ini bekerja menjadi seorang security disebuah perusahaan swasta di kawasan Rungkut Industri, Surabaya. Hal ini dilakukan karena untuk menggapai masa depan menjadi pemain sepakbola pupus, sedangkan biaya untuk menyembuhkan cidera lututnya juga butuh dana tak sedikit.
Firman sendiri saat dikonfirmasi memang sudah menyerah untuk terus bermimpi menjadi pemain profesional, maklum pasca operasi yang dibiayai oleh Badan Timnas Indonesia dengan klubnya, Sriwijaya, pemain dengan tinggi 175 ini tanpa perhatian khusus dari klubnya. Ya, Firman memilih untuk pulang kampung dan menyembuhkan cideranya bersama keluarga tercintanya, sayang, pihak BTN dalam hal ini sebagai penanggung jawab saat piala Cotif di Spanyol tak ada niatan untuk memberikan biaya atau santunan pasca operasi.
“Saya pasrah Mas, mau gimana lagi? Mimpi untuk menjadi pemain profesional sepertinya sudah pupus. Lebih baik saya bekerja dan mendapatkan upah, mungkin dengan gaji kecil ini saya ingin berjalan normal untuk menyembuhkan kaki saya, dan juga bisa membantu perekonomian keluarga saya,” jelasnya, Kamis, (10/6/16).
Saat ditanya terkait dengan BTN atau Managemen Sriwijaya FC U-21 apa ada niatan untuk memberikan santunan berupa dana terapi pasca operasi lutut? Firman dengan polosnya menjawab tidak ada, karena pasca operasi biaya terapi ditanggung sepenuhnya dari kantong pribadi. Uang saku yang tak seberapa selama mengikuti turnamen di Valencia digunakan untuk biaya hidup sehari hari dan juga terapi penyembuhan lutunya. "Saya sudah telepon berkali-kali Mas, tapi jawannya ya disuruh menunggu," keluhnya.
Berita tentang Firman sendiri sudah mulai ramai dibicarakan di media sosial. Diketahui dari postingan seorang netizen Facebook, Rangki E, Kamis (9/6/16), bahwa Firman kini malah banting setir menjadi seorang satpam. "Pengurus timnas se akan tutup mata dan biaya operasi pun ditanggung sepenuhnya sama fachri...itulah hebatnya sepak bola di indonesia...dan sekarang fachri firmansyah menjadi security," tulis Rangki.
Firman sendiri sebelumnya sudah berusaha keras untuk menyembuhkan lututnya, bahkan beberapa terapi altermatif didatangi hanya sekedar untuk bisa berjalan normal dan kembali merumput. Sayang, karena terkedala ekonomi yang pas-pasan, Firman akhirnya berjuang keras menyembuhkan cideranya sendiri. Namun apa yang mau dikata, sampai saat ini untuk bisa berlari dan mengejar sikulit bundar, Firman harus susah payah karena kondisi kaki yang tak memungkinkan, sementara hasrat untuk bisa bermain bola bersama dengan teman-temannya sangat tinggi.
Sebelumnya, Firman mampu menembus ketatnya persaingan skuad Timnas U-21 yang dipercaya untuk tampil di COTIF Valensia 10-20 Agustus 2014. Bakat Firman sebelumnya sudah dipantau sejak masih berusia 15 tahun dan pernah mewakili tim Honda ke Jakarta, bahkan dirinya pernah masuk dalam 30 pemain yang diberi kesempatan untuk tampil dihadapan coach Indra Sjafri sebagai program penjaringan Timnas U-19.
Dhimam Abror lah orang yang paling berjasa menemukan bakat Firman yang berasal dari klub Sasana Bhakti yang dipimpin oleh Ketumnya, Suwono. Dari sekedar iseng ikut nimbrung bermain bersama dengan SIWO PWI Jatim di Gelora Bung Tomo, Abror yang kala itu melihat performanya yang apik menawari untuk ikut bergabung bersama dengan tim Pra PON Jatim yang saat itu dijadikan satu di tim Perseba Bangkalan yang akhirnya berhasil menjadi yang terbaik di pentas Divisi III Nasional bersama dengan coach Hanafing.
Ayahnya hanya seorang peracik jamu di kawasan tempat tinggalnya di Simo Pomahan, Surabaya, sementra Ibunya sehari harinya adalah buruh tukang jahit sandal yang menggantungkan nasibnya dari setiap orderan yang ada, kalau pas tidak ada kerjaan hanya dirumah saja alias menganggur nunggu panggilan. Meski kini namanya tak seheboh Evan Dimas yang sudah memberikan bukti kongkrit prestasi bersama dengan Timnas U-19, namun apresiasi tinggi patut dialamatkan pada diri sosok Firman yang tak mau tertenduk lesu pada semua keterbatasan yang ada.(win12)