KONI-KOI korbankan prestasi Indonesia

Menpora Roy Suryo mengaku tak mampu memersatukan KONI dan KOI.(Foto: kemenpora)

KANALSATU - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo menyatakan, polemik dualisme kewenangan induk organisasi olahraga antara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) mengorbankan prestasi olahraga nasional.

“Contohnya, manajer berkuda yang telah membina atlet sekian tahun tidak diberangkatkan KOI ke Asian Games 2014 Incheon di Korea Selatan, karena menjadi saksi KONI melawan KOI di pengadilan. KOI memilih orang lain, mesti nyata-nyata yang menggantikan tidak dekat dengan atletnya. Kalau sudah begitu, bagaimana kita bisa menang,” kata Roy Suryo di Jakarta, Selasa (23/9/14).

Dia menyatakan, polemik kedua induk olahraga nasional itu hanya bisa diselesaikan di DPR. “Saya kehabisan waktu menyelesaikan dualisme antara KONI dan KOI. Penyelesaiannya tidak bisa di Kemenpora, harus di level DPR. Sebab, saya tidak mungkin mengubah UU No. 3/2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.”

Menurut dia, satu-satunya jalan menyelesaikan dan memersatukan dualisme antara KONI dan KOI adalah mengubah UU tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Sebab, UU tersebut yang memisahkan antara KONI dan KOI. “Dulu KONI dan KOI itu ibarat dua mata uang, tapi kini berdiri sendiri-sendiri.”

Roy berharap dapat menyatukan KONI dan KOI, seperti dualisme PSSI yang dapat disatukan. Namun, yang mengatur keduanya adalah UU, sehingga Kemenpora yang dipimpinnya tidak bisa melakukannya. “Hanya DPR yang bisa menyatukan KONI dan KOI dengan jalan mengubah UU tersebut.”

Roy Suryo berpendapat, keduanya harus bersatu jika ingin mengangkat olahraga nasional lebih baik. “Sebab itu, sejak awal 2014, saya telah menerbitkan Permenpora No. 16/2014 tentang Tugas dan Fungsi KOI serta KONI. Kalau pun keduanya tidak bersatu, setidaknya tidak saling intervensi,” katanya.

Dalam bahasa sederhana, Roy yang berharap kedewasaan pengurus kedua induk olahraga itu mengibaratkan KONI kokinya dan KOI sebagai pramusaji. “Sekarang ini, yang terjadi pramusaji tidak bicara dengan koki, sehingga koki tidak tahu rasa masakannya kurang panas.”(win10)

Komentar